SEMARANG,Suaranahdliyin.com – Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah Prof. Dr. Syamsul Ma’arif menyebut bahwa potensi radikalisme di Jawa Tengah cukup tinggi.
Hal itu Syamsul Ma’arif sampaikan dalam acara Silaturahmi Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI dengan FKPT Jawa Tengah di Hotel Tantrem, Semarang, Selasa (6/2/2024).
Ia mengatakan Jawa Tengah adalah dapurnya teroris. Radikalisasi dan reproduksi pemikiran ekstremis (meraciknya) di Jateng tapi ngebomnya di daerah lain.
“Maka berbagai pendekatan kita lakukan dengan melibatkan kerja-kerja pentahelix dengan semua lapisan masyarakat. Menekankan pendekatan humanis, penyadaran, dan tidak frontal,” katanya.
Menurut Dekan FPK UIN Walisongo itu pencegahan terorisme terbagi atas tiga tahapan yaitu, reduksi, ideologisasi dan rasionalisasi. “Reduksi radikalisme ini bisa dilakukan dengan mengeksplorasi local wisdom. Misalkan kekuatan kohesi sosial melalui budaya tahlilan ya harus mensuport pentingnya tahlilan, dan mempertimbangkan keanekaragaman budaya di masyarakat,” kata Syamsul.
Ia melaporkan pencegahan terorisme berbasis kebudayaan, rasionalisasi dengan penguatan literasi, dan idiologisasi dengan menyuntikkan imun nasionalisme telah dilakukan. Hal ini sangat efektif sebagaimana hasil riset, lanjutnya, lebih bisa diterima masyarakat daripada menggunakan pendekatan formal yang terkesan kaku.
“Apalagi kalau menyertakan lembaga yang terdapat tulisan “terorisme”, sebagaimana para enumerator ketika terjun di lapangan. Banyak masyarakat, ketika akan diwawancarai, sudah takut duluan. Padahal lembaga FKPT/BNPT ini, yang berupaya mencegah dan menyelamatkan mereka dari paparan idiologi radikal teroris.”tutur Syamsul Ma’arif.
Selain Kepala BNPT RI dan rombongan, hadir juga jajaran pengurus FKPT Jawa Tengah, Duta Damai dan Duta Damai Santri Jawa Tengah. (Ibd/adb)