Catatan dari Lomba Penulisan Biografi Kiai Lokal

0
1544

Oleh: Primi Rohimi SSos MSI

Semua orang pasti mati, kecuali tulisannya. Maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakanmu di akhirat. (Ali Bin Abi Thalib)

Penulis bersama juri lain, M Noor Ahsin, menyimak presentasi salah sati peserta lomba penulisan biografi kiai lokal yang digelar di SMP Al-Ma’ruf Kudus

“Saya wawancara langsung dengan kiai,” jawab salah satu peserta Lomba Penulisan Biografi Kiai Lokal dalam Porsema XII NU Kabupaten Kudus pada sesi tanya jawab, Sabtu (7/1/2023) lalu.

Peserta lain melakukan penggalian data melalui wawancara isteri kiai, anak, cucu, tetangga, santri, dan kerabat lainnya. Penggalian data juga lakukan dengan melakukan riset data dari berbagai sumber, baik dari buku-buku, kitab, hingga artikel di internet.

Mekanisme penilaian lomba penulisan biografi kiai lokal Porsema XII NU Kabupaten Kudus ini memang cukup menarik. Sebab, penilaian tidak sekadar berdasar dari menilai materi berupa narasi esai yang ditulis para peserta oleh juri.

Lebih dari itu, peserta lomba mesti menguasai materi secara baik, karena para peserta mesti mempresentasikan karya mereka di depan juri berdasarkan empat aspek penilaian, yaitu orisinalitas, gaya penulisan, nilai moral dan presentasi. Presentasi dilakukan dengan durasi sekira 10 menit, dengan asumsi lima menit untuk paparan oleh peserta, sedang lima menit berikutnya untuk tanya jawab.

Cukup melelahkan, sesi presentasi digelar dalam Porsema untuk cabang penulisan biografi kiai local ini. Betapa tidak. Dimulai sedari pukul 09.00 hingga sekira pukul 17.00. WIB, dengan waktu istirahat lebih kurang 30 menit untuk salat Dhuhur dan makan siang.

Ada sebanyak 15 naskah (tingkat MTs/ SMP) dan 25 naskah (tingkat MA/ SMA/ SMK) yang dipresentasikan oleh para peserta. Ini menjadi penanda tinggnya antusiasme peserta didik dari lembaga pendidikan di bawah LP Ma’arif NU Kabupaten Kudus mengikuti cabang lomba penulisan biografi kiai lokal ini.

Dengan kata lain, literasi peserta didik pada lembaga pendidikan di bawah LP Ma’arif Kabupaten Kudus bisa dibilang cukup menggembirakan, meskipun harus tetap didorong agar lebih meningkat lagi.

Bersama M Noor Ahsin, dosen Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muria Kudus (UMK), saya sangat bersemangat menyimak presentasi para peserta, meski lelah tak bisa ditampik; karena tiap karya memunculkan wawasan baru, menarik, membanggakan, dan memberikan banyak hikmah.

Saya yang dalam beberapa materi yang dipresentasikan, terkadang hanya mengetahui sedikit profil (kiai) yang ditulis, mendapatkan semakin banyak informasi dari data yang disajikan peserta lomba. Dari yang mulanya hanya tahu sebatas nama, menjadi paham antara lain dari sisi silsilah, latar belakang pendidikan, organisasi, kiprah, prestasi, hingga keteladanannya.

Tentu saja data-data yang “disajikan” para peserta tidak lantas diterima begitu saja oleh juri. Konfirmasi atas kebenaran dan validasi data, dilakukan dalam sesi tanya jawab. Termasuk untuk mengetahui bagaimana proses para peserta menggali data kemudian menuangkannya dalam karya yang mereka tulis, di bawah arahan guru pembimbingnya.

Ending-nya, juri cukup kesulitas menentukan (memilih) pemenang. Karya orisinil peserta yang disajikan dengan gaya bahasa yang melampaui usia mereka, lengkap nilai moral yang ditulis kemudian dipresentasikan dengan penuh percaya diri, sehingga jumlah nilai satu dengan lainnya tak terpaut jauh. Dan lepas dari siapa yang akhirnya terpilih menjadi juara, tetapi bagi saya pribadi, semua peserta telah “menjadi juara” karena telah berhasil melewati proses panjang, hingga sampai pada sesi presentasi di depan juri.

Sungguh bangga saya mendapatkan amanah panitia menjadi juri. Dan jujur harus saya kataklan, karya para peserta lomba biografi kiai lokal ini, secara kualitas sudah selevl dengan mahasiswa.  Maka para guru pembimbing dan madrasah (sekolah) tempat anak-anak ini belajar, mesti berbangga hati akan kualitas intelektual mereka, dan senantiasa mendorongnya agar meningkatkan pengatahuan dan prestasinya.

Dengan support dari madrasah (sekolah) dan arahan guru pembimbing, yakinlah, anak-anak itu akan tumbuh menjadi generasi brilian, yang akan menghasilkan karya-karya luar biasa di masa depan. (*)

Primi Rohimi SSos MSI,

Penulis adalah dosen IAIN Kudus, juri Lomba Penulisan Biografi Kiai Lokal dalam Porsema XII NU Kabupaten Kudus.

 

 

 

Comments