Webinar Seputar Kebencanaan di Kawasan Muria

0
1597
Audiens dengan latar belakang beragam mengikuti webinar seputar kebencanaan di kawasan Muria, baru-baru ini

KUDUS, Suaranahdliyin.com – Hari Lingkungan Hidup se-Dunia pada 5 Juni,  Pusat Studi Bencana (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Muria Kudus bersama MRC (Muria Rseacrh Center) Indonesia memeringatinya dengan menggelar seminar online (Webinar) pada Sabtu (20/6/2020) lalu.

Webinar bertajuk “Gempa dan Bencana di Kawasan Pegunungan Muria: Gunung Muria Bangun dari Tidur Panjang?” itu diikuti sekitar 150 an peserta  dari berbagai profesi terkait seperti BPBD Kudus, BPBD Jepara, BPBD Pati, LH Kudus, guru geografi serta kalangan pemerhati lingkungan di Kudus, Jepara dan Pati.

Sebagai narasumber, Rahmat Triyono ST Dipl Seis M.Sc  (Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG) yang berbicara tentang proses terjadinya gempa dan keberadaan patahan yang ada di Kawasan Pegunungan Muria; Dr Ir Eko Teguh Paripurno MT (Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana UPN,Yogyakarta) yang mengulas kebencanaan kompleks gunung Muria; dan Dr Mochamad Widjanarko M.Si (Ketua Pusat Studi Bencana LPPM UMK) dengan paparannya tentang bencana di Kawasan Pegunungan Muria (Kudus, Pati dan Jepara).

Rahmat Triyono, menyampaikan, bahwa sumber gempa bumi, baik itu dari patahan (sesar) dan informasi patahan (sesar) aktif di pulau Jawa, serta data gempa bumi yang dirasakan di pegunungan Muria termasuk sesar Muria, merupakan sesar yang memanjang dari arah Barat daya ke Timur laut, yang terletak pada daerah Muria serta memberikan simpulan bahwa gempa bumi yang dirasakan di sekitar Muria belum bisa memicu bangunnya gunung Muria dari tidur panjang, karena gempa bumi yang terdeteksi BMKG hanya kecil di bawah 5 MMI (Modified Mercalli Intensity).

Eko Teguh, mengulas peta-peta lama gunung Muria dan jenis bebatuan serta hasil penelitiannya tentang struktur patahan di Muria, dan menyimpulkan, bahwa belum ada gejala vulkanisma baru pada kompleks gunung Muria.

“Rangkaian gempa pada patahan-patahan di sekitar kompleks gunung Muria, belum memicu aktivitas vulkanisme. Artinya, gunung Muria masih tidur panjang,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Suaranahdliyin.com, kemarin.

Mochamad Widjanarko, menginformasikan beberapa data terkait terjadinya bencana tanah longsor, banjir bandang yang melanda di beberapa desa pinggir hutan Muria, kebakaran dan kekeringan yang terjadi di pegunungan Muria.

“Karenanya, sangat mengenalkan pendidikan bencana sejak usia dini dan menginformasikan pentingnya melakukan mitigasi bencana dalam merespons bencana yang ada di kawasan pegunungan Muria,” katanya. (rls/ adb, luh, rid, gie, mail, ros)

Comments