
KUDUS,Suaranahdliyin.com – Bagi para aktivis muda NU Kudus, Warung makan “mbah Dhi” sudah tidak asing lagi. Aktivis yang biasa mangkal di Kantor PCNU Jl.Pramuka 20 Kudus sering langganan sarapan atau makan siang di warung tersebut.
Dari pengamatan Suaranahdliyin.com, warung sederhana yang berada di gang desa Kramat penden kota Kudus itu terlihat ramai pembeli. Beberapa kalangan seperti guru, pekerja,karyawan dan pegawai juga banyak menjadi pelanggannya.
“Masakannya lengkap dan enak, kita bisa milih sesuai selera dan murah,”ujar Arif Riyanto, aktivis yang juga staf Kantor NU CARE-LAZISNU Kudus.
Memang, warung yang buka setiap Senin – Jum’at mulai pukul 08.30 – 15.00 WIB ini, memiliki sajian khas nan ekonomis. Nasi pecel, nasi gudangan, sego lodeh, sayur Bening, sayur Asem dan nasi sop, sebagai menu sehari-hari. Lauk pauknya tersedia ikan bandeng, panggang, telur dadar, bergedel dan sambal terong maupun bakwan serta berbagai minuman untuk pelengkap.
“Menu special kami Sop tahu plus daging, pembeli banyak yang suka ngesop pada siang hari,”ujar Zuliyanti, pemilik warung.

Zuliyanti menuturkan warungnya ini merupakan peninggalan orang tuanya. Pertama kali berdiri tahun 2010an di pinggir jalan Pramuka sebelah kantor NU Kudus. Tahun 2015 hingga sekarang, berada di gang seberang depan Darul Hadlonah lantaran pemkab melarang jualan di pinggir jalan raya.
“Namanya tetap gunakan nama orang tua, warung mbah Dhi. Namun sekarang lebih terkenal dengan warung Wak jon (nama suami),”terangnya diamini Wak Jon.
Ditanya terkait masa pandemi Covid-19, Ia mengaku sangat terkena dampaknya. Para pelanggan mulai berkurang jajannya lantaran tempat kerja atau sekolah banyak yang libur.
“Walau begitu, kami tetap bersyukur kepada Allah. Masih diberi kecukupan bisa berjualan melayani pembeli,”kata Zuli.(adb,gie/ros,rid)