Peka Muria
Tembus Hujan, Susuri Sungai, Puluhan Milenial Tanami Jalur Air di Pegunungan Muria

0
406

KUDUS, Suaranahdliyin.com – Pegunungan Muria yang dikenal sebagai rumah keanekaragaman satwa, sudah selayaknya hutan Pegunungan Muria dijaga kerimbunanya. Salah satunya dengan melakukan penanaman pohon ficus dan juga bambu.

Menurut sejumlah riset, karakter pohon ficus disebut sebagai pohon dengan akar yang lurus kadalam tanah. Jadi kedepannya mampu mengatasi pergeseran tanah dengan baik. Sedangkan pohon bambu, disebut sebagai pohon penadah air. Dimana, bambu dapat menyimpan air didalam tanah lebih lama. Sehingga, mata air akan tetap terjaga dan pegunungan tidak akan mengalami kekeringan.

Yayasan Penggiat Konservasi (PEKA) Muria mengadakan penanaman ratusan ficus di sekitaran Goa Jepang dan sepanjang jalan menuju Puncak Glagah Arjuno, Selasa (28/01/2025). Teguh Budi Wiyono, Ketua Peka Muria, mengatakan jika pihaknya melakukan penanaman dengan menggandeng puluhan relawan

“Tepatnya 30 peserta, termasuk dari anggota Peka 11 Orang. Sisanya diisi dari Relawan Desa Japan, Djarum Foundation, Kelompok masyarakat, pelajar hingga Mahasiswa,”jawab Teguh.

Gerakan ini sebenarnya meneruskan penanaman yang sudah pernah dilakukan pada tahun 2023 silam. Bibit yang ditanam, didapat dari Bhakti Lingkungan Djarum Foundation yang memang sudah beberapa kali mempercayakan kegiatannya kepada Peka Muria. Jumlah bibit yang diberikan pihak Djarum Foundation sekitar 30 bibit bambu yang diberikan hari Rabu, (22/01/2025) dan 300 bibit Ficus yang diberikan pada hari Sabtu (25/01/2025).

Teguh juga menjelaskan jika nantinya setelah ditanam, bibit pohon akan tetap dipantau untuk dilihat perkembangannya. “Setiap bibit pohon sudah ditandai atau di tagging, jadi untuk pemantauan berkala tidak terlalu sulit nantinya,” kata pria yang juga bergiat sebagai pengampu pembelajaran membatik ini.

Elok, siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 3 Kudus mengatakan jika dirinya merasa sangat ingin habitat flora dan fauna di muria kembali asri. Gadis belia dari Undaan ini, menerangkan jika ini adalah kali ketiga menjadi relawan penanaman di pegunungan muria.

“Sejauh ini, sebenarnya hari ini terasa lebih berat. Selain medannya basah, hujan hampir mengguyur sepanjang kegiatan. Tapi, tetap, jika tujuannya adalah mengembalikan ekosistem hutan muria, kenapa tidak?” ungkap siswi kelas XII tersebut. Elok adalah salah satu dari sekian relawan yang sangat antusias mengikuti setiap kegiatan Peka Muria.

Kepedulian terhadap ekosistem pegunungan Muria juga ditanamkan dalam benak mahasiswa Universitas Muria Kudus, Niken. Relawan yang dikatakan terlibat beberapa kali dengan kegiatan penanaman ini, juga merasakan hal yang sama dengan Elok.

“Hari ini hujan lebat. Medan berat,” katanya sambil menata nafas dan mengatur tenaga.

Niken, punya trek favorit dalam perjalanan ini, karena hampir lima puluh persen perjalanan dilalui dengan menyusuri sungai.

“Namun di tepi sungai, ada akar pohon yang bisa dibuat ayunan. Sesekali permainan inilah yang mengobati letih dan capek karena treking terjal” ucap belia dengan tersenyum.(mail/ros) 

Comments