GROBOGAN, Suaranahdliyin.com – K. Syamsuri Dahlan, adalah pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Sirojuth Tholibin Brabo, Grobogan. Ia merupakan putra dari pasangan KH. Dahlan dan Ibu Nyai Muthmainnah, tokoh agama Desa Tlogogedong, Demak, kala itu.
Setelah mendapat pendidikan dasar agama oleh ayahanda, Syamsuri muda menapaki jalan tholabul ilmi kepada para kiai pesantren di tanah Jawa.
Tercatat, dirinya pernah mengaji Kitab Hadits Shahih Imam Bukhari-Muslim kepada K. Hasan Asy’ari di Poncol, Salatiga, dan nyantri kepada KH. Syarqowi Tanggungharjo selama tiga tahun.
Melihat ketekunan dan kethawadhu’an Syamsuri muda, sang guru (KH. Syarqowi) jatuh hati, sehingga mengambilnya sebagai menantu, menikahkannya dengan putrinya, Nyai Muslihah.
Setelah itu, K. Idris dan K. Hasan Hudlori yang merupakan pemuka agama Desa Brabo, meminta kepada KH. Syarqowi untuk menanam K. Syamsuri hijrah dan berdakwah di Brabo.
Berawal dari pendekatan secara persuasif dengan bersilaturahmi kepada warga Desa Brabo, mulai dari pintu ke pintu lainnya, K. Syamsuri mulai menyemai benih dakwah bil hikmah.
Hingga akhirnya, pesantren pun berdiri dengan menerapkan metode ngaji bandongan di awal perkembangannya.
K. Syamsuri terkenal sebagai pribadi yang pendiam, tawadhu’ dan bersahaja. Sehingga semua orang merasa memiliki kedekatan tersendiri dengannya, berkat kerendahatiannya memuliakan siapa saja, tanpa pandang bulu.
Para santrinya menjadi saksi, bagaimana kesahajaannya dan kedekatannya dengan siapa saja, khususnya para santri. Dalam bertutur, sang menggunakan Bahasa Jawa Krama (bahasa yang halus).
Kiai yang meng-khidmahkan tenaga dan pikiran untuk membina umat, ini tutup usia pada 23 Shafar 1409 H / 4 Oktober 1988 M.
Semoga laku dan perjuangan kiai, menjadi teladan bagi umat, khususnya para santrinya. (Ustaz Abdul Syakur, ketua LPTNU Kabupaten Grobogan. Tulisan ini disarikan dari buku “Mengenang Pribadi yang Bercahaya: Profil K.Syamsuri Dahlan, 2010)