Sarkub, Cara Banser Muria Raya Pancarkan Cahaya Spiritualitas Desa

0
1940
Sarkub di Makam Mbah Sawunggaling Soco

KUDUS, Suaranahdliyin.com – Malam senin pon sudah menjadi hari sakral bagi anggota Banser Muria Raya (Kecamatan Dawe), Kudus. Setiap menjelang hari itu tiba admin wa grup menginformasikan lokasi makam leluhur desa yang akan dikunjungi. Sarkub. Begitulah mereka menamai kegiatan rutin malam senin pon tersebut.

Mulai bakda maghrib, puluhan anggota Sarkub mulai berdatangan. Sebagian besar dari mereka menaiki motor dikarenakan lokasi yang jauh. Tak peduli jalan terjal ataupun melewati pematang sawah yang berliku, mereka tetap semangat menyusuri makam-makam hingga pelosok desa.

Malam itu, Ahad (9/8/2020) diinformasikan bahwa pertemuan Sarkub berada di kompleks makam Mbah Sawunggaling Dukuh Kedoan, Desa Soco, Kecamatan Dawe. Lokasinya berada di pinggiran desa, berbatasan langsung dengan area sawah dan hutan. Gelap dan sunyi sudah pasti menyelimuti, dikarenakan pencahayaan yang terbatas dan jauh dari pemukiman warga. Yang terdengar hanyalah suara serangga yang berdesit bersahutan diselingi dengan suara gemercik air irigasi sawah setempat.

Tikar telah digelar. Waktu menunjukkan pukul 20.15. Acara siap dimulai, meski ala kadarnya. Ritual dimulai dengan menaburkan bunga di atas pusara makam Mbah Sawunggaling. Sebagian anggota ada yang menyalakan dupa untuk menciptakan suasana yang lebih khusyuk dengan aroma wangi yang ada.

Tepat pukul 20.30 WIB, Nur Yanto (50) mulai mendekati makam. Ia berdiri khusyuk, diikuti anggota lain di belakang dan sekelilingnya. Nur Yanto lah yang menggagas adanya Sarkub di Kecamatan Dawe. Ia pula yang memimpin jalannya acara malam itu dengan bacaan salam kepada shohibul maqam dilanjutkan salawat kepada Nabi Muhammad.

“Ya Nabi Salam ‘Alayka, Ya Rasul Salam ‘Alayka, Ya Habib Salam ‘Alayka, Sholawatullah ‘Alayka,” puji mereka serentak dengan sikap khusyuk, penuh harap dan rindu kepada Nabi Muhammad. Sebagian mereka sambil memejamkan mata, sebagian lagi merunduk hormat seolah hadir sosok yang amat dipuja.

Penggagas Sarkub Banser Muria Raya, Nur Yanto

Usai bersalawat, mereka semua duduk untuk melafalkan wirid dan doa. Kali ini yang dibaca adalah wirid Ratib al-Kubra yang dipimpin oleh Ali Subhan (43). Seperti itu, rutinitas yang diamalkan komunitas Sarkub Muria Raya. Ziarah makam para sesepuh, auliya’ dan ulama utamanya yang ada di wilayah Kecamatan Dawe.

Mengenai alasan dipilihnya Ratib al-Kubra sebagai wirid wajib dalam kegiatan ini telah melalui konsultasi dengan Pengasuh PP. Al-Inshof Karanganyar, KH. Abdullah Saad. Menurutnya, Ratib al-Kubra adalah ibarat cahaya yang bersinar di tengah kegelapan. Oleh sebab itu, adanya wirid tersebut dalam rutinan Sarkub bisa menumbuhkan spiritualitas warga desa yang ditempati.

“Yai Saad menyampaikan, karena kita (dan para Banser) adalah murid Pekalongan, maka lebih pas membaca Rotib Kubro. Dan Abah (Maulana Habib Luthfi) sendiri pernah menjelaskan, bahwa Rotib Kubro itu ibarat cahaya yang bersinar terang di kegelapan,” kata Pak Nur.

Dengan begitu, tambah Pak Nur, semoga karomah bacaan Ratib al-Kubra dapat menyinari wilayah atau desa sehingga menjadi aman, tentram, tidak banyak maksiat, dan penuh keberkahan. “Kegiatan Banser Sarkub sudah berjalan sekitar dua tahun. Sudah tiga putaran. Kita berputar dari desa satu desa lainnya. Kita tempatkan kegiatan di makam para para muassis desa dan makam para ulama,” jelasnya.

Program Banser Sarkub selain rotiban keliling di makam para wali muassis desa juga melaksanakan istighosah di malam Nishfu Sya’ban. Yang diamalkan adalah membaca manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Ratib al-Haddad, Ratib al-Kubra dan membaca Maulid Nabi. Dilaksanakan di masjid-masjid secara bergantian dari satu desa ke desa lainnya.

“Selanjutnya kita agendakan sowan Abah Luthfi dengan seluruh anggota Banser Sarkub. Untuk minta restu dan berkah,” papar Pak Nur. (Ali Nuhin/rid, adb, ros)

Comments