
PATI,Suaraqbahdliyin.com – Pengasuh Pondok Pesantren Bunyanun Marshush, KH. Ahmad Ruman Masyfu’ menyampaikan pesan tegas sekaligus penuh keprihatinan terkait fenomena penggunaan gawai di kalangan santri.
Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Mujahadah Kubro Keluarga Besar Yayasan Bunyanun Marshush yang dilaksanakan di halaman Madrasatul Qur’an Salafiyah, Bulumanis Kidul, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.baru baru ini.
Dalam tausiyahnya, KH. Ahmad Ruman Masyfu’ menegaskan bahwa perkembangan teknologi dan media digital merupakan keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Namun demikian, santri sebagai generasi penjaga nilai-nilai keislaman harus memiliki sikap bijak dalam menyikapi kemajuan tersebut, khususnya dalam penggunaan telepon genggam (HP).
“Di pondok pegang HP itu posisinya tidak bagus. Karena sekarang zamannya media digital, zamannya media sosial. Banyak santri yang pegang HP sampai jam satu malam, bahkan sampai jam dua malam,” ujar KH. Ahmad Ruman Masyfu’ di hadapan para santri.
Menurutnya, kebiasaan bawa HP dapat berdampak buruk apabila tidak dikendalikan dengan kedisiplinan dan kesadaran spiritual. Ia mengingatkan bahwa salah satu ciri khas santri adalah kedekatannya dengan Al-Qur’an, baik melalui membaca, menghafal, maupun mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari.
“Namun, realitas yang terjadi saat ini justru menunjukkan adanya ketimpangan antara waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan gawai dan waktu untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an,”ungkapnya.
“Pegang HP sama pegang Qur’annya, kok malah lebih banyak pegang HP-nya. Pegang Qur’ane setengah jam, pegang HP-ne sepuluh jam. Na’udzubillah min dzalik,”sambung KH Ahmad Ruman.
KH. Ahmad Ruman menilai kondisi tersebut sebagai tanda melemahnya kontrol diri dan adab santri di era digital. “Pesantren bukanlah tempat untuk melampiaskan kecanduan media sosial, melainkan ruang pembentukan karakter, akhlak, dan kedalaman spiritual.”tegasnya.
Lebih lanjut, KH Ahmad Ruman mengingatkan bahwa teknologi sejatinya bersifat netral. Gawai dapat menjadi sarana kebaikan apabila digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti belajar, dakwah, dan menambah wawasan keislaman.
“Sebaliknya, jika digunakan secara berlebihan dan tanpa kendali, justru dapat menjauhkan santri dari tujuan utama menuntut ilmu di pesantren.”imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, KH. Ahmad Ruman Masyfu’ juga mengajak para santri untuk melakukan muhasabah diri dan menata ulang skala prioritas dalam kehidupan sehari-hari. “Kami berharap agar santri mampu menjadikan Al-Qur’an sebagai pegangan utama, sementara teknologi ditempatkan sebagai alat pendukung, bukan pusat perhatian.”pintanya.
Kegiatan Mujahadah Kubro ini berlangsung dengan khidmat dan penuh kekhusyukan. Selain diikuti oleh Masyayikh, Asatidz, dan Santri PP. Bunyanun. Mujahadah ini menjadi momentum penting untuk memperkuat spiritualitas, mempererat ukhuwah serta mempertegas kembali nilai-nilai kepesantrenan di tengah derasnya arus modernisasi.
Melalui pesan tersebut, KH. Ahmad Ruman Masyfu’ berharap pesantren tetap menjadi benteng moral dan spiritual, serta mampu melahirkan generasi santri yang tidak hanya cakap menghadapi perkembangan zaman, tetapi juga kokoh dalam iman, akhlak, dan kecintaan terhadap Al-Qur’an.(Hilda Musyafa’ah, Mahasiswi Prodi KPI FDKI UIN Sunan Kudus/adb)








































