Sains, Agama dan Kiamat

0
627

Oleh: Dr KH Muchotob Hamzah MM

Kosmolog kondang, mendiang Prof. Dr. Carl Sagan dari Universitas Cornel AS, dalam bukunya “The Dragons of Eden” Random House, NY: 1988, menyatakan, bahwa sejak 13,7 miliar tahun lalu, jika umur semesta kita yang diprediksi akan berumur 18 miliar tahun, itu diibaratkan satu tahun syamsiyah.

Maka: 1). Penciptaan terjadi pada satu Januari; 2). Galaksi Bima Sakti terjadi satu Mei; 3). Tata surya terjadi sembilan September; 4). Planet bumi terjadi 14 September; 5). One cell-micro organisme terjadi sembilan Oktober; 6). Dinasaurus tercipta 24-28 Desember. Manusia tercipta 30 Desember pukul 23; 7). Nabi Isa lahir empat detik yang lalu. Artinya, semesta sudah “menjelang maghrib” (kiamat).

Pernyataan itu berarti, bahwa secara saintifik, alam semesta memiiliki awal dan akhir. Dengan kata lain, ada creatio ex nihilo, sebagaimana yang dipegangi oleh filsuf Imam Ghazali dan lainnya.

Berbeda dengan filsuf Ibnu Rusyd, yang menyatakan, alam semesta bersifat azali, meskipun tidak sama dengan azalinya Allah. Senada teori big bang, al-Quran Surat 21 : 30 hanya menyebut, bahwa langit dan bumi dulu merupakan singularitas (ratqan), kemudian ada proses pemisahan (fataqa).

Konsekuensi dari proses “fataqa” ini, berarti alam semesta terus berkembang (the expending universe = QS. 51: 37) seperti pembuktian via teleskop Huble. Akhir zaman sering dikaitkan dengan teori big crunch atau big rip dan big baunche.

Dalam versi berbeda, Prof. Dr. Stephen Hawking, ilmuwan ateis, membeberkan prediksi terjadinya kiamat dengan sinyal berikut. 1). Efek bola api. Yaitu musnahnya manusia karena over populasi dan konsumsi energi, yang menjadikan bumi sebagai bola api berwarna merah (Tencent WE Summit, Beijing, November, 2017); 2). Penggantian peran manusia dengan robot. Hawking takut jika manusia mendesain Artiflicial Intelligence (AI) yang bisa menggandakan diri dan AI akan menggantikan peran manusia sepenuhnya (wawancara Wired co.uk, 2018).

3). Bila terjadi perang nuklir. Hawking khawatir agresivitas manusia melahirkan perang nuklir. Maka harus ditemukan planet lain yang bisa dijadikan koloni baru (bicara di ultah dirinya ke-75, BBC); 4). Perubahan iklim (BBC).

Tetapi bagi Hawking, yang dimaksud kiamat barangkali adalah kiamat planet bumi. Sebab ia tidak percaya ada Tuhan yang menciptakan semesta dan jika kiamat, ia menganjurkan agar berlindung di planet lain. Para analis mengatakan, bahwa ke-ateis-an Hawking terpengaruh oleh lingkungan semasa kecilnya, yang tengah gencar-gencarnya berkembang aliran agnostisisme.

Yaumul kiamat sendiri, dalam khazanah keislaman, berarti hari kebangkitan dari alam kubur (barzah). Dan hari kehancuran alam “H” disebut “yaumus-saa’ah.” Kemudian istilah Saa’ah yang sering disebut kiamat ini dibagi dalam tiga kategori. 1). Kiamat shughra (kecil), yaitu kematian setiap yang berjiwa secara parsial (QS.3: 185); 2). Kiamat wustha (semi global), yaitu kematian dalam jumlah banyak tapi tidak semua kehidupan (QS. 8: 25); 3). Kiamat kubra (global), yaitu kehancuran alam semesta sebagaimana disebut dengan Yaumus-Saa’ah dalam al-Quran 41 kali (QS. 6: 31 dan lainnya).

Dan masih banyak nama lain. Setidaknya ada 101 nama yang saya tulis dalam buku “Misteri Kehidupan Manusia di Lima Alam: Perspektif al-Qur’an dan Hadits Sahih” yang diterbitkan Unsiq Press, 2020, hlm. 100-105. Kapan terjadinya? Hanya Allah yang tahu (QS. 7: 187).

Terma “saa’ah” di samping digunakan untuk  kiamat alam semesta, juga digunakan untuk kiamat dalam hal sosial politik. Yaitu ketika sebuah pemerintahan, problem (al-amru=negara, ormas, lembaga, pabrik, dan lainnya) yang diserahkan pada bukan ahlinya. “Jika suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” (Bukhari dalam Al-Munawi, Faidhul Qadir 1/363-4). Wallaahu a’lam bi al- shawaab. (*)

Dr KH Muchotob Hamzah MM,

Penulis adalah ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Wonosobo.

Comments