Sahabat Terakhir di Mosca

0
1734

Cerpen: Shofia Esti Hardini

“Dell, makan yuk ke kantin. Udah lama kan, kamu nggak makan bareng aku. Terakhir pas sebelum kita ketemu sama….” “Zhevn dan Ellyne.” kata Della memotong ucapan Luvy.

“Maaf Dell, aku jadi ngingetin kamu sama kejadian setelah itu.”

“Nggak apa-apa kok, Luv. Lagi pula, aku juga kangen sama mereka.”

“Tapi kita…”

Luvy tak sempat meneruskan perkataannya. Teringat kenangan menyedihkan bersama Zhevn dan Ellyne.

“Ya, Luv. Aku ngerti. Yuk kita ke kantin aja, sambil ngobrol kan.”

Tanpa menunggu waktu lama, mereka pun segera pergi ke kantin

3 bulan lalu

“Eh, apa tuh di sana? Yuk kita samperin.” ajak Metha. “Astaga guys, itu yang aku ceritain tadi. Tentang misteri bangsa Mosca yang beberapa hari ini tampak berkeliaran di Bumi.” jelas Metha panjang lebar.

Tanpa menunggu persetujuan dari teman-temannya. Metha segera menghampiri kedua makhluk asing itu dengan keberanian baja. “Hai, kalian tersesat ya. Kalian bangsa planet Mosca di galaksi Andromeda itu ya?” tanya Metha.

“Afi, laka nig ua lakasa mo (maaf, kami tidak tahu bahasa mu),” jelas salah satu makhluk asing itu.

“O, iya. Aku lupa. Ika Metha mela bumi (aku Metha manusia bumi),” ujar Metha dengan bahasa Mosca yang pernah ia pelajari dari buku di perpustakaan Akademi Gading.

“Sebenarnya laka bisa lakasa bumi. Tapi, nig sempurna lakasa kalian. Aku Zhevn & ini luti (saudaraku) Ellyn, namun danale (dibaca) Éllyn,” kata Zhevn.

“Sebenarnya laka dapat tugas dari sang Yamate (tuan besar) untuk mencari manusia bumi yang akan menyelakatkan kita dari para penjahat planet Dastiel yang merampok dan memorakporandakan planet laka, planet Mosca. Likapa (itupun) laka dapat dari ramalan Yama (tuan) Zu,” lanjut Zhevn dengan bahasa Indonesia yang tak fasih benar.

“Ipo miko mau peyuwe laka? (Apa kalian mau membantu kita?),” tawar Ellyn yang diikuti anggukan Metha, Luvy dan Della.

“Oke kalau begitu, mari ikut laka ke Planet Mosca.” ajak Zhevn dengan semangat membara.

“Iya, tapi kenalan dulu. Ini Luvy & Bella.” ujar Metha sambil memperkenalkan Luvy & Della. “Oayashi (salam kenal),” kata Zhevn dan Ellyn hampir serempak.

Tanpa menunggu lama, mereka bergegas menuju kapal luar angkasa buatan planet Mosca yang super canggih itu.

Di kapal luar angkasa

“Kapan kita sampai?” tanya Della.

“Tenang saja, kita akan sampai selama 1 kali rotasi bulan terhadap Bumi. Jarak Bumi dan Mosca sekitar 1 juta tahun cahaya. Oke, sambil menunggu kurang lebih 1 bulan, kalian bisa belajar lakasa Mosca bersama Yama Vune & Yama Lune,” jelas Zhevn panjang lebar.

“Kalian juga akan mendapat fasilitas yang memadai. Jika kalian lelah, di sebelah selatan kapal, ada kamar tamu.” tambah Yama Vune.

“Likosa (terima kasih),” ujar Metha, Della dan Luvy dengan Bahasa Mosca yang pernah diajarkan Metha.

Makhluk dari planet Mosca memiliki rambut dan bola mata yang berwarna hijau tosca, kulit putih, serta badan yang lebih tinggi.

Selain itu, seluruh penduduk di Planet Mosca juga diwajibkan mengenakan kalung yang berbahan dari emas berwarna tosca bertuliskan nama. Itu diberlakukan, agar sesama penduduk Planet Mosca saling mengenal dan tolong menolong.

Sesampainya di Planet Mosca

“Della, Metha, Luvy, kita telah sampai di Planet Mosca. Apa yang kalian lihat sekarang, berbeda dengan apa yang kalian lihat saat malam datang. Para penjahat penguasa Planet Dastile akan memorakporandakan desa di Planet Mosca secara bergiliran setiap hari.

Di bawah kepemimpinan Ratu Quezy, penyihir jahat dari suku Oshe yang memanterai seluruh rakyat Planet Dastile agar memilihnya menjadi penguasa ke-159. Dan di balik itu, berjuta rencana jahat telah disusunnya dengan rapi, sebelum ia menjabat penguasa Planet Destile,” terang Zhevn.

“Jangan khawatir, Zhevn. Kami akan membantumu. Kita harus bersatu untuk menang. Semangat!!!” Metha dengan lantang dan semangat membara.

Tak terasa matahari telah tergelincir di ufuk barat. Lonceng raksasa yang berada di depan istana, berdentang dengan kerasnya.

“Bunyi apa itu Ellyne?” tanya Della kepada Ellyne yang berada di sampingnya.

“Itu bunyi lonceng raksasa yang berada di depan istana. Jika lonceng telah berdentang, hati-hatilah, karena pasukan dari Planet Dastile akan segera datang menyerang dan memorakporandakan negeri ini,” ujar Ellyne.

“Kalau begitu, mari kita bertempur!” seru Luvy.

 Di sisi lain

“Maaf, ibu kepala. Cluvya Laurenz, Laumethania Audy dan Stephanie Anadella tidak berada di kamar asramanya. Menurut teman-temannya, mereka mulai menghilang sejak istirahat pertama tadi pagi. Mohon kebijakannya Nyonya,” ujar ibu Tisa, ibu pengasuh di asrama Akademi Gading.

Di Planet Mosca

“Para prajurit itu sudah datang. Lapisi istana dengan sihir elemental yang kuat. Desta, Thore dan Mhele, tolong kerahkan pasukan berkuda menyerang. Della, kamu taburi bubuk ini di ruang bawah tanah. Metha, kamu coba sihir sebagian tunggangan para prajurit dari planet Dastile menjadi nyamuk. Dan kamu, Luvy. Bunyikan terompet ini di menara Crown. Lainnya, lawan pasukan dengan menunggangi gajah terbang!” seru Raja Nhoyte, ayahanda Zhevn dan Ellyn.

Sementara perang dimulai, Zhevn dan Ellyn bergegas berlari menuju ruang laboratorium, menemui kakek Khew, untuk membuatkan ramuan agar bubuk Verton, bubuk yang ditakuti bangsa Dastile dapat mesmunahkannya, menjadi seukuran 10 kali lipat dari asal mula ukurannya.

“Kakek Khew, tolong buatkan ramuan untuk membuat ukuran bubuk Verton menjadi 10 kali lipat dari ukuran asalnya,” pinta Zhevn.

“Baik. Tunggu sebentar,” jawab Khew sembari meramu ramuan tersebut.

 Di ruang pengobatan

“Metha, awas belakangmu!!!” teriak Luvy. “Aaaarghhh..” jerit Metha sebelum ia tak sadarkan diri. Lalu Metha pun dibawa oleh tabib ke ruang pengobatan untuk diobati.

“Metha, sadarlah!” teriak Luvy tak henti-hentinya sambil menahan air matanya yang seakan ingin jatuh ke pipinya.

“Sudahlah, Luv. Kamu jangan menangis dan terus-terusan berteriak. Nanti juga Metha bangun, percaya deh,” ujar Della menenangkan Luvy walaupun ia sendiri cemas akan keadaan sahabatnya itu.

Tak terasa sepekan sudah Metha tak kunjung bangun. Namun para penjahat dari Planet Dastile telah musnah akibat terjadi pertumpahan darah makhluk planet lain di tanah Mosca.

“Jika Metha tak kunjung sadarkan diri, kalian harus membawanya pulang ke bumi dan bersiap memberikan penjelasan yang logis kepafa keluarganya,” ujar kakek Khew.

Namun, tak lama kemudiam. “Della, Luvy … Maafkan aku, karena aku harus meninggalkan kalian. Namun persahabatan tetaplah akan selamanya, asalkan kalian mau berjanji senantiasa menjaga persahabatan kita,” ujar Metha disertai tangis Luvy dan Bella yang pecah seketika.

“Dan satu lagi, Zhevn dan Ellyn juga takkan bertahan lama. Karena menurut pengetahuanku, mereka tidak akan bertahan lama lagi jika salah satu dari kita pergi untuk selamanya. Karena ia telah bersumpah untuk membawa kita bertiga pulang dengan selamat. Namun jika sumpah itu ia ingkari, nyawalah taruhannya.” ujar Metha yang dibalas anggukan kakek Khew.

“Se..lam..mat..ti..ting..gal..” lalu Metha pun pergi untuk selamanya.

“Selamat tinggal juga. Terima kasih kalian mau mengorbankan nyawa kalian demi Planet Mosca,” ujar Zhevn dan Ellyn.

Di kantin

Setibanya di kantin, mereka tak saling berbicara dan hanya kesunyian yang ada. Kecanggungan menerpa.

“Hai, kalian Luvy dan Della, khan?” sapa seorang gadis.

“Metha …”

“Bukan. Aku Martha. Saudara kembar Metha. Terima kasih kalian mau menjalin persahabatan dengan Metha selama ia hidup,” katanya.

“Tapi bukan berarti ia bukan sahabat kita lagi, khan? Boleh aku gabung jadi sahabat kalian?” lanjutnya.

Kehadiran Martha begitu berarti. Dan pagi itu terasa sangat mengharukan, karena Luvy dan Della bisa melihat wajah Metha sahabatnya melalui saudara kembarnya itu. (*)

Shofia Esti Hardini,

Peserta didik di MTs. Negeri Prambatan Kudus

Comments