ALOR, SuaranahdliyiN.com – Rombongan Daulat Budaya Nusantara tiba di Alor pada Kamis (30/12/2023). Selain ditunggu oleh masyarakat Alor, rombongan yang dimotori Ki Dalang Sujiwo Tejo ini juga disambut hangat Bupati bersama Fokopimda Kabupaten Alor dan organisasi masyarakat seperti PCNU Alor, PMII, Ansor, GP Ansor – Banser, Fatayat NU serta Muslimat NU.
“Kami merasa bahagia, wilayah di tepi Nusantara ini dikunjungi budayawan Sujiwo Tejo dan teman teman seniman Daulat Budaya Nusantara, sekaligus menggelar pertunjukan berkolaborasi dengan para seniman Alor,” ujar Dr Drs Zet Sony Libing MSi, Pj Bupati Alor yang baru dilantik pertengahan November kemarin.
Ia menekankan pentingnya kegiatan budaya sebagai sarana membangun jembatan kebersamaan antarwarga Kabupaten Alor yang sangat beragam, yang terdiri dari 42 suku dan 30 an lebih bahasa. “Keberagaman ini adalah kekayaan yang perlu dilestarikan dan disebarkan, agar generasi muda dapat memiliki karakter yang kuat sebagai bangsa kesatuan gugusan pulau-pulau,” lanjutnya.
Latief Daka, Ketua PCNU Alor, mengapresiasi rombongan Daulat Budaya Nusantara yang telah menjahit kebudayaan bangsa ini sampai di Alor. “Saya mengajak seluruh organisasi masyarakat dan semua lapisan warga untuk hadir menyaksikan pertunjukan seni budaya oleh seniman Alor berkolaborasi dengan seniman Nusantara,” ujarnya.
Untuk informasi, gelaran nudaya di Pulau Alor ini adalah putaran ke empat dari rencana sembilan titik Ruwatan Nusantara yang digelar oleh Daulat Budaya Budaya Nusantara, dengan dukungan penuh dari Indika Energi yang dimotori oleh Teguh Haryono.
Di Pulau Alor ini, Teguh mendapat dukungan penuh dari para seniman di Indonesia Timur, seperti Zaeni Mohammad (Mataram, Lombok), Sastrawan Penyair Bara Petyyraja dari Adonara, Musisi Sasando Vivian Tjung (Kupang), Komponis Merlis To (Yogyakarta) dan Madha Soentoro Komposer Musik Etnik (Yogyakarta).
“Senang sekali, banyak seniman Nusantara, terutama dari Indonesia Timur, mau terlibat dalam Ruwatan Nusantara di Alor ini. Dan seperti yang berulangkali saya katakan, pertahanan terbaik dari bangsa Indonesia ini adalah kebudayaan,” tutur Teguh Haryono, Doktor Pertahanan dari Universitas Pertahanan.
Pilihan Ruwatan Nusantara di Pulau Alor ini dinilai tepat, karena gagasan Nusantara berasal dari Mandala Majapahit di masa kejayaan Prabu Hayam Wuruk, dengan ekspedisi yang dipimpin Mpu Nala Arya Mandalika.
“Ini siklus 500 tahunan, siklus hamonisasi yang dilakukan oleh para leluhur Nusantara. Dalam teori antropologi ada culture dan nature, budaya yang dilakukan oleh manusia dan alam sebagai ruang hidup. Zaman dulu alam lebih dominan, sehingga leluhur kita melakukan ruwatan sebagai upaya harmonisasi bersama alam. Sekarang, manusia yang lebih dominan, sehingga kita perlu melakukan ruwatan lagi untuk melakukan harmonisasi sistem kerja alam dan manusia,” tutur Kkai Paox Iben, pengasuh Pesantren Kebudayaan Ndalem Wongsorogo.
Pulau Alor, terangnya, dikelilingi oleh beberapa gugus pulau gunung berapi aktif di sekitarnya, sehingga secara spiritual memiliki energi yang sangat kuat, perawan, ada Gunung Delaki Sirung di Pulau Pantar, Gunung Koya Koya, kemudian wilayah geologi vulkanikdi Desa Air Panas, air terjun di Pulau Medan dan Tuti Adagae di Pulau Alor.
“Menarik, karena masyarakatnya masih memegang adat istiadat yang diwariskan para leluhur,” ungkap Gus Benny Zakaria, pengasuh Pondok Alam Adat Budaya Nusantara, menimpali, diamini Gus Hamid Abdulloh, Founder Dunia Santri Community. (rls/ ros, rid, adb)