Kondisi Rumah Ngatmini Memprihatinkan dan Anaknya Mengidap Hydrocephalus

0
1132
Salah satu pengurus NU-Care LAZISNU Kabupaten Kudus saat menengok Ngatmini dan anaknya, belum lama ini

KUDUS, Suaranahdliyin.com – Muhammad Alwi, putra pasangan Abdul Ghofur (30) dan Ngatmini (30), warga RT 2 RW V Desa Cranggang, Kecamatan Dawe, Kudus ini terlahir tak seberuntung bayi -bayi lainnya yang terlahir normal.

“Waktu masih di kandungan, dokter bilang, anak saya ini tidak normal,” ujar Ngatmini berkisah.

Saat lahir, Muhammad Alwi, anaknya itu, divonis Hydrocephalus di usia 40 hari setelah kelahirannya.

Abdul Ghofur dan Ngatmini, kendati sedih tak dapat ditutupi, namun ia tetap sabar dan menerima cobaan yang dihadapinya, yakni anaknya yang mengidap hydrocephalus. “Kami ihlas menjalani semuanya dengan sabar,” tuturnya.

Alwi kini usianya 2,5 tahun. Ia hanya bisa berbaring, tak seperti anak lain seusianya yang bisa ceria bermain.

Berbagai upaya untuk melakukan pengobatan secara medis, sudah dilakukan. Sudah empat kali Alwi dioperasi, namun belum membuahkan hasil. Tak hanya itu. Alwi juga tumbuh sangat lambat. Badannya kurus. Berat tubuhnya hanya 8 kg.

Dan sejak Alwi lahir, Ngatmini memilih keluar dari tempat kerjanya, untuk merawat anaknya. Sebuah pilihan yang sulit. Sebab, penghasilan suaminya sebagai penjaga toko buku Rp 1,2 juta perbulan, seringkali tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan perawatan Alwi dua kali sepekan.

Ditambah lagi, pasangan suami istri itu juga merawat sang ibu, Sanir (60), yang tinggal serumah bersamanya. Padahal, rumahnya cuma berukuran 6X16 meter. Kondisi bangunannya pun cukup memprihatinkan: bangunannya masih menggunakan tanah liat, tembok belum di pelester, dan lantainya masih berupa tanah liat.

“Ubin di ruang tamu ini dikasih tetangga. Saya congkeli sendiri dari rumahnya supaya bisa dipakai lagi,” ujar Ngatmini sambil menunjukkan ubin di ruang tamu. “Dulu depan ini masih pakai gedeg (bambu, red), lalu saya nabung untuk beli kaca,” tuturnya.

Kondisi lain dari rumah itu, temboknya banyak yang retak. Begitu juga atapnya. Kayu-kayunya sudah lapuk. Atap teras sudah miring. Pun di bagian kamar dan dapur. Gentengnya sudah mulai melorot. “Saya takut roboh kalau pas hujan, apalagi ada anak saya yang seperti ini,” ungkapnya.

Keadaan itulah, yang membuat Ngatmini memberanikan diri menyampaikan kondisi keluarga dan rumahnya kepada NU-Care LAZISNU Kabupaten Kudus.

Kendati tegar menghadapi hidup dan cobaan yang diderita anaknya. “Kami tetap tegar menghadapi cobaan ini, karena pasti ada hikmah di balik semuanya,” ujarnya yang mengaku terkadang juga tiba-tiba menangis tanpa sebab.

Merespons kondisi Ngatmini dan keluarganya, pihak NU-Care LAZISNU Kabupaten Kudus pun tergerak untuk membantu meringankan beban yang ditanggung, baik memperbaiki rumahnya maupun biaya operasional kontrol dan terapi di rumah sakit.

Ngatmini bersama anaknya duduk di depan rumahnya

Berdasarkan perkiraan dari NU-Care LAZISNU Kabupaten Kudus, dibutuhkan biaya sekitar 100 juta. Sebanyak Rp 75 juta untuk memperbaiki rumah, dan Rp 25 juta lainnya untuk biaya operasional kontrol dan terapi Muhammad Alwi.

“NU-Care LAZISNU Kabupaten Kudus mengajak masyarakat luas untuk membantu Ngatmini dan keluarganya. Bantuan bisa disalurkan donasi melalui rekening, atau datang langsung di kantor NU-Care LAZISNU Kabupaten Kudus di kompleks Kantor PCNU,” . (gie/ rid, ros, adb)

Comments