KH Shodiq Dimyati: Kader GP Ansor Harus Kuat Mental

0
475
Salah satu sesi penyampaian materi

BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, KH Shodiq Dimyati, menegaskan, kader GP Ansor harus senantiasa ditempa dan dibekali mental yang kuat agar mampu tampil tegar dan membanggakan.

“Kader GP Ansor mesti benar-benar berani untuk fastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan). Sebab dunia yang akan datang akan lebih keras dan ganas,” katanya usai membaiat peserta Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) dan Pendidikan Latihan Dasar (Diklatsar) di Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Wonosegoro, Ahad (23/7/2023) malam lalu.

KH Shodiq Dimyati mengaku bangga, melihat kesungguhan dan keberanian peserta selama proses pelatihan dari awal sampai akhir. “Semoga dicatat amal saleh oleh Allah SWT serta membawa kehidupan dan ‘kemegahan’ Islam ala NU,” harapnya di lokasi pelatihan yakni Pesantren Darussalam Desa Bandung.

Ketua Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Boyolali, Achmad Kurniawan, mengingatkan untuk senantiasa bersyukur karena dipilih Allah dan muassis (pendiri) NU, sehingga bisa berkhidmat di GP Ansor serta NU. “Saya ucapkan selamat bergabung dan selamat berkhidmat. Hidayah ini harus kita jaga dan rawat di dalam hati dan bukti,” ucapnya.

Dijelaskan, pengurus PC GP Ansor Boyolali bersama PAC GP Ansor Wonosegoro dan lainnya akan memantau kiprah sahabat-sahabat yang baru masuk gerbang pengadian di GP Ansor. “Kami bersama PAC GP Ansor Wonosegoro akan terus memantau perkembangan semangat sahabat semua; apakah setelah PKD dan Diklatsar masih semangat atau tidak,” tegasnya.

Menurutnya, anggota yang telah mengikuti pelatihan adalah kader “terbaik” yang punya niat kuat. “Silakan aktif di kecamatan atau ranting masing-masing. Ketika ada kegiatan silakan hadir, kecuali bertabrakan dengan agenda yang lebih penting. Namun saya minta berkomitmen pada kegiatan Ansor,” ujarnya.

Foto bersama di sela pelatihan usai pemaparan materi

Achmad Kurniawan pun berharap agar para kader mempelajari sejarah dan tokoh NU, karena keberadaan mereka tak lepas dari doa muassis NU. “Juga dari doa istri dan kedua orang tua, sehingga kita patut bersyukur bisa bergabung di rumah besar NU. Kita bisa menjadi santrinya Simbah Hasyim Asy’ari,” ujarnya.

Ia menegaskan agar hidayah ini jangan disia-siakan untuk memperbaiki diri. “Bila selama ini kita memiliki banyak dosa atau kesalahan yang  bisa mencoreng marwah keluarga, masyarakat, dan agama, mesti kita mulai introspeksi diri,” ungkapnya. (siswanto ar/ ros, adb)

Comments