
SEMARANG, Suaranahdliyin.com – Dalam webinar bertajuk “Strategi dan Teknik Mendongeng pada Anak di Tengah Pandemi Covid-19”, pendongeng, Muhtadin (Kak Adin) mengutarakan hal yang cukup pernyataan menarik. Yakni, “Apakah mendongeng yang baik itu yang pencilakan kayak saya ini?”
Hal itu diutarakan dalam webinar, belum lama ini. Pencilakan atau pencilaan, dalam Bahasa Jawa diartikan cengengesan, tidak serius, guyonan, atau terserah diri sendiri.
Bagaimana cerita yang baik itu? “Materi bisa didapat dari mana saja. Bisa dari kitab suci, buku, materi dari internet, dan lainnya,” kata Adin, finalis Akademi Sahur Indonesia (AKSI) Indonsiar angkatan I tahun 2013.
Juara lomba mendongeng Sonora se-DIY ini juga menjelaskan cara membuat cerita yang baik dengan metode 5W 1H. “What, apa temanya. Who, siapa saja aktornya. When, kapan waktunya. Where, di mana tempatnya. Why, apa masalahnya. Dan how, bagaimana solusinya,” katanya.
Sementara sistematika bercerita, lanjut dia, yaitu ada opening, inti dan penutup. Ia juga menjelaskan teknik pemilihan tema cerita mulai dari aspek umur, kesukaan dan waktu. Umur 0-4 tahun, kesukaannya fabel, waktunya 7. Umur 5-8 tahun, kesukaan lucu, waktunya 10-15. Umur 9-12 tahun, kesukaan petualangan, waktunya 25-30. Umur 13-20 tahun, kesukaan cinta dan waktunya kondisional. Umur 21-30 tahun, kesukaan kesuksesan, waktunya kondisional. Umur 31-40 tahun, suka ketenangan, dan waktunya kondisional.
Finalis Dai Muda Indonesia MNCTV tahun 2014 ini menyebutkan, bahwa ada perbedaan mendasar antara cerita, dongeng, legenda, mitos, fabel, sage, dan epos. Juga ada perbedaan metode cerita dan metode penyampaian cerita.
“Metode bercerita itu dominan pada penuturan lisan materi cerita. Sedang penyampaian cerita, ada pantomim yaitu gerak dan mimik. Operet, musik dan nyanyian. Puisi, bahasa dan syair. Sandiwara, permainan peran. Monolog, teater tunggal,” terang lendongeng terbaik Jawa Barat oleh Forum Pemuda Pelopor pada 2015.
Mengenai manfaat cerita, menurut Kak Adin, ada beberapa. “Mulai dari kontak batin, hiburan ekonomis, mengasah imajinasi, tanpa menggurui, bijak, dan identifikasi diri,” katanya dalam webinar yang diberi pengantar oleh Hamidulloh Ibda (Kaprodi PGMI STAINU Temanggung) dan Dr. H. Muh. Baehaqi MM (Ketua STAINU Temanggung). (rls/ ibd, rid, adb, ros)