Akhir-akhir ini, dunia seringkali dihebohkan dengan beberapa gerakan yang disebut sebagai terorisme. Gerakan-gerakan tersebut diyakini oleh beberapa agama sebagai sebuah pembelaan agamanya. Termasuk agama Islam yang sudah dicap sebagai pelopor dari terorisme. Mengapa? Sebab dalam keyakinan sebagian masyarakat ciri khas dari jihad yang digembor-gemborkan oleh Islam adalah yang disebut oleh sebagian lain sebagai terorisme. Lantas dimana letak islam yang ramah?
Jika dalam benak kita islam tumbuh sebagai agama yang hadir dengan peperangan, maka memang benar pada zaman dahulu Nabi Muhammad SAW pernah melakukan beberapa peperangan yang tercatat dalam kitab-kitab sejarah. Banyak orang menyalahpahami peperangan tersebut sebagai jihad yang harus pertamakali dilakukan dalam penyebaran agama islam. Padahal, beliau mengambil keputusan melakukan peperangan sebagai jalan terakhir setelah ‘ramah dan santun’ sudah tidak lagi bisa dijadikan benteng pertahanan diri untuk agama, aqidah, dan ajarannya.
Coba saja kita beralih sejenak melihat cara dakwah para walisongo di nusantara. Mengapa cara dakwah mereka jarang sekali menimbulkan pro dan kontra dalam lingkungannya? Tersebab beliau-beliau ini memilih cara pendekatan diri kepada masyarakat dengan halus. Misal sunan kudus, beliau bahkan melarang para pengikutnya untuk menyembelih sapi demi menghormati para pemeluk agama hindu dan budha.
Maka dari itu, kita diharapkan mampu mencontoh sebagaimana yang dilakukan pendahulu kita untuk selalu membumikan islam yang ramah, yakni rahmatan lil alamin secara terus menerus. Sebab orang dan waktu memiliki regenerasi,jangan sampai ajaran ramah tersebut memudar dan berganti dengan ajaran-ajaran radikal.
Bahkan gusti Alloh dalam Al-Qur’an menyebutkan dalam surat al-imron ayat 159 : “Maka berkat Rahmat Alloh (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Alloh. Sungguh, Alloh mencintai orang yang bertawakkal.”
Dari sini jelas sekali bahwa hal pertama dalam berdakwah yang diperintahkan Alloh adalah dengan berlemah lembut. Dan ini adalah ciri khas yang harus kita punyai sebagai penganut islam Ahlussunnah Wal Jamaah.
Islam, sebagaimana yang dikatakan dalam Al-qur’an adalah rahmat bagi semesta. Rahmatan lil ‘alamin. Bukan hanya untuk orang islam saja, namun seluruh makhluk di bumi. Oleh sebab itu, membawa islam pada ranah ramah dan santun sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk terus membumikan dan melestarikannya. (*)
Minchatul Maula Shofa,
Adalah ibu rumah tangga yang lahir di Kudus pada 28 September 1993. Penulis merupakan warga Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus.
Catatan:
Artikel ini dipublikasikan untuk kepentingan lomba, sehingga tidak dilakukan proses editing oleh pihak redaksi.