
BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Banyak cara menggapai berkah Ramadan. Asal kegiatan positif dan diniatkan ibadah, maka dapat diharapkan keberkahan akan dicapai, baik di dunia atau akhirat. Belajar jurnalistik, misalnya.
Itulah yang dilakukan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Fatayat Nahdlatul Ulama (NU), IPNU dan IPPNU Mojosongo, Boyolali pada Ahad (10/4/2022) lalu. Organisasi itu berkolaborasi menyelenggarakan Pelatihan Media dan Jurnalistik di pesantren Nujaba, Kragilan, Mojosongo sedari siang hingga menjelang buka puasa.
Sedang beragam materi yang disampaikan pada kesempatan itu, dimulai dengan motivasi pentingnya menulis, fotografi dan pembuatan meme.
Hery Safitri, Tim Cyber Satuan Koordinasi Wilayah (Satkorwil) Banser Jawa Tengah, memotivasi para peserta untuk menenuhi media sosial dengan hal positif. “Ini sebagai salah satu khidmah kita di NU dan kepada warga secara umum,” katanya.
Sedang Siswanto, dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, menjelaskan seputar jurnalistik, mulai dari proses peliputan, penulisan, editing, sampai penyajian menjadi sebuah berita atau tulisan.
Siswanto fokus pada penulisan berita, karena menurutnya, menulis berita adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seorang jurnalis (wartawan). “Menulis adalah kemampuan utama bagi seorang jurnalis. Walaupun juga harus didukung dengan kemampuan penting lain; seperti wawancara, fotografi, dan sebagainya,” ujarnya.
Ditambahkannya, dalam belajar menulis dibutuhkan kesabaran. Baik itu sabar menyusun kata-kata (diksi). Sabar dikritisi. Dan bahkan mesti bisa menikmati sabar dalam menulis. “Sabar menulis adalah suatu keniscayaan. Dan sebagai umat beragama, sabar menulis dapat dijadikan sebagai ibadah jariyah, karena bila tulisan itu baik, maka kemanfaatannya tidak akan lekang oleh waktu,” tuturnya.
Ketua Media PC GP Ansor Boyolali, Khafidz Syarifuddin, dalam pelatihan ini menyampaikan tentang fotografi, dengan membedah perangkat pengaturan handphone, terutama kamera. Ia juga mempraktikkan bagaimana cara memegang dan mengendalikan handphone saat pengambilan gambar agar presisi dan bagus.
Sedangkan materi pembuatan meme disampaikan Isa dari DASI. Ia mengutarakan, meme dibuat untuk memudahkan sebuah pesan sampai kepada pembaca. “Pembuatan meme bisa bersumber dari kutipan tulisan atau pidato (quote) tokoh, kemudian digabung dengan ilustrasi foto atau rangkaian gambar/warna. Namun demikian, ia mengingatkan, bila mengambil foto dan ilustrasi orang lain, harus menyantumkan referensinya,” ungkapnya.
Praktik dan Komunitas Menulis
Di samping teori penulisan, pengambilan gambar, dan pembuatan meme, juga langsung diadakan praktik agar lebih terlihat hasil pelatihan.

Ketua PAC Fatayat NU Mojosongo, Nuri Surantini, menyampaikan, setelah pelatihan diharapkan agar langsung praktik menulis, yang kemudian semua peserta menjadi komunitas menulis kader NU di Mojosongo.
“Dalam komunitas menulis itu kita dapat belajar menulis apapun, baik berita, puisi, cerpen, dan lainnya. Kemudian bisa kita terbitkan di website atau menjadi sebuah buku,” katanya.
Sementara Ketua PAC GP Ansor Mojosongo, Tri Abdullah, menekankan betapa pentingnya pemahaman dan pengetahuan para kader muda NU untuk lebih menguasai penggunaan handphone yang hari ini hampir setiap orang memilikinya.
“Mari memaksimalkan fungsi dari fitur-fitur HP, demi kepentingan syiar Aswaja an Nahdliyah, serta untuk menangkal hoaks yang seringkali beterbangan di media sosial,” ajaknya.
Selain dari badan otonom NU, turut pula sebagai peserta pelatihan, adalah pengasuh pesantren Nujaba KH Abdurrahman yang mengikuti di semua rangkaian materi, sehingga menambah semangat peserta menyimak proses pelatihan dari awal sampai akhir. “insyaallah ini membawa banyak manfaat dan berkah,” kata pengurus PCNU Boyolali itu. (husein ahmadi, siswanto ar/ rid, ros, adb)