KUDUS, Suaranahdliyin.com – Jum’at (24/5/2019) malam, di Perum Megawon Indah Jl. Kelapa Sawit V. Pukul 20.30, tikar – tikar telah tergelar. Para begawan sastra dari berbagai kabupaten, mulai berdatangan.
Dari Kudus. Demak. Jepara. Pati. Bahkan ada pula yang dari Pekalongan. Tak semuanya penyair, sastrawan. Banyak juga yang merupakan penikmat seni, penikmat karya sastra, dan pelaku seni musik dan teater, yang tak mau ketinggalan.
Kedatangan para pelaku seni, sastra dan para pecinta karya sastra dan seni itu, hadir untuk menikmati aneka suguhan dalam Tadarus Puisi, ditemani hangatnya kopi dan aneka penganan lokal yang mengesankan seperti gethuk dan kacang rebus.
Kopi panas yang telah disiapkan tuan rumah, Asa Jatmiko, menjadi penghangat tubuh dan teman yang baik dalam menikmati aneka performance, malam itu. ‘’Maturnuwun kehadirannya. Malam ini kita ngobrol-ngobrol santai, sambil bermusik, sambil baca-baca puisi,’’ kata sang tuan rumah, Asa Jatmiko, membuka acara.
Dina Mariana Yusuf, peserta didik asal SMA 1 Mejobo yang aktif di Majalah OASIS, mengawali kesempatan itu dengan membaca puisi “Orang Kecil Orang Besar” karya KH. A. Musthofa Bisri (Gus Mus).
Disusul kemudian dengan penampilan apik lain, yakni dari para pekerja Teater Djangkar Bumi Qudsiyyah. Pada kesempatan itu, Teater Djangkar Bumi menyuguhkan rebana dengan melantunkan shalawat Asnawiyah.
Ya, suguhan demi suguhan dalam Tadarus Puisi malam itu, memang sungguh memberikan kesan bagi tak kurang 200 peserta yang datang. Ima, salah satu pendidik, pada kesempatan itu membaca ‘’Puasa Puisi’’ dan ‘’Ku Temukan Tuhan di Pondokku’’ karyanya.
Tak kalah menarik lagi, kehadiran Tanti, anggota Teater Sentir, yang terayata adalah seorang bidan. ‘’Bekerja apapun, seni itu ada. Maka kita harus bangga bisa menjadi bagian dari orang-orang seni,’’ katanya yang kemudian membaca puisi “Pulang” karya Sugeng Sentir.
Disusul kemudian, Anas Swatantu membawakan puisi ‘’Untukmu Abdurrahman Wahid’’. Dan pada kesempatan itu, banyak pula suguhan lain yang menjadikan momentum itu seakan hendak memuaskan para pengunjung yang hadir dengan puisi-puisi, dan lainnya. Lengkap dengan orasi budaya oleh budayawan Lukas Heri Purnawan (Romo Ipeng).
‘’Tugas kita, menghidupkan kembali nilai-nilai kemanusiaan. Puisi, bisa menghentikan momentum dan mengingatkan akan peristiwa yang telah lampau. Dan puisi yang baik, akan selalu diingat,’’ tuturnya merespons salah satu penampil yang membawakan salah satu puisi yang pernah disuguhkan pada kesempatan berbeda, 25 tahun lalu.
Di pengujung Tadarus Puisi, suguhan musik dari Teater Satoes berkolaborasi dengan UKM Musik IAIN Kudus dengan suara emas sang vokalis, menambah kesan mendalam bagi para pengunjung, dini hari, sebelum beranjak pulang. (gie, rid, mail/ adb, ros)