
PEKALONGAN, Suaranahdliyin.com – Berbicara mengenai kewalian tidak bisa dengan mudah hanya membahas karomah dan keistimewaan yang melekat pada seorang wali saja. Tetapi pembahasan soal wali juga harus dipahami secara runtut dan lengkap mengenai bagaimana derajat wali atau kekasih Allah itu bisa didapatkan oleh seorang hamba.
Menurut Rais Aam Jam’iyah Ahli at-Thariqah Mu’thabarah an-Nahdliyah (Jatman), Maulana al-Habib Muhamamd Luthfi bin Yahya, Pekalongan, derajat wali atau kekasih Allah merupakan takdir yang siapapun tidak bisa mengetahuinya apalagi meminta.
“Seseorang apabila telah diangkat oleh Allah menjadi kekasihnya, murni semata-mata karena Allah SWT sendiri, tidak melihat sebab. Adapun amaliah yang dilakukan sebagai pendekatan itu adalah fadhal dari Allah SWT. Tetapi wali itu (mutlak) dipilih oleh Allah SWT,” tutur Habib Luthfi dalam Pengajian Rutin dan Dzikir Jumat Kliwon di Kanzus Sholawat, Kota Pekalongan, Jumat (25/01/19).
Hakekat kewalian, kata Habib Luthfi, adalah ketika seseorang itu mendapatkan cahaya makrifat berupa mahabbah (kecintaan) kepada Allah SWT. Sehingga apapun yang dilihatnya akan bisa mengingatkan dirinya kepada Allah SWT dengan penuh cinta. Maknanya, jika seseorang sudah memiliki mahabbah ia tidak akan berbuat keburukan. Karena didalam hatinya sudah dipenuhi kebaikan-kebaikan sehingga seseorang itu malu karena selalu merasa dilihat oleh Allah SWT.
“Dari mahabbah itu akan melahirkan akhlak-akhlak yang terpuji. Tetapi hal itu dititipkan kepada hati manusia dengan penyeimbang, yaitu nafsu. Nah, mampu tidak kita menyeimbangkan supaya tidak terbawa pada kenikmatan nafsu? Itu lah pentingnya tazkiyah an-nafs dalam diri kita masing-masing,” papar Abah dari Habib Muhammad Bahaudin ini.
Habib Luthfi kemudian menjelaskan soal nafsu yang diibaratkan seperti bayi atau anak kecil. Wataknya lucu, menggemaskan dan menyenangkan untuk dituruti. Tetapi bila tidak berhati-hati dan mendidiknya dengan baik maka akan membahayakan. “Tahu bayi kan? Ya, lucu. Baru habis dimandiin saja dia mengencingi yang mandiin, itu membuat gemas. Tapi kalau sudah dewasa terus masih mengencingi orang tuanya itu lain lagi, nah itu lah ibarat nafsu,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Habib Luthfi juga menandaskan kembali pentingnya menjaga NKRI dari oknum-oknum yang tidak setuju dengan Pancasila serta ingin menggoyahkan persatuan dan kesatuan. Habib Luthfi mengatakan jangan sampai ada celah yang bisa dimanfaatkan para perusak keutuhan NKRI. “Jaga baik-baik NKRI, tetapi jangan main hakim sendiri,” pungkas Habib Luthfi. (rid/adb)