Halalbihalal PWNU Diikuti Para Kiai dan PCNU se-Jateng
Habib Lutfi Ingatkan Pentingnya Menyambungkan Sanad Keilmuan

0
2093
Habib Luthfi berbicara dalam halalbihalal PWNU Jateng

SEMARANG, Suaranahdliyin.com – Halalbihalal PWNU Jateng yang digelar secara tatap muka dan lewat daring, Senin (15/6/2020), diikuti oleh para kiai. Kegiatan dengan tatap muka, menyesuaikan protokol kesehatan agar tetap mengutamakan aspek kesehatan.

Sekretaris PWNU Jatenh, KH. Hudallah Ridwan Naim (Gus Huda), menyampaikan, para kiai (ulama) yang hadir di kompleks kantor PWNU, antara lain Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, Habib Umar Muthohar, Habib Abu Bakar Alatas, dan Dr KH Masyhudi.

Selain itu, diikuti juga oleh jajaran pengurus Tanfidziyah PWNU, Lembaga NU dan Badan Otonom (Banon). “Untuk PCNU se-Jateng, mengikuti secara virtual melalui aplikasi zoom,” terang Gus Huda. “Acara ini juga disiarkan langsung melalui channel Youtube Maarif NU Jateng,” lanjutnya.

Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng, HM Muzamil, dalam sambutannya mengatakan, NU adalah jam’iyyah diniyah dan ijtima’iyyah berhaluan ahlussunnah wal jama’ah. “Dalam berpikir dan bersikap, NU merujuk pada al-Quran, Hadits, ijma’ dan qiyas,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, nahdliyin ta’at kepada Allah, ta’at kepada Rasululloh dan ulim amri. “Ketaatan ini dilakukan sesuai kemampuan masing-masing, karena Allah tidak membebani suatu kaum kecuali sesuai dengan kemampuannya,” terangnya.

Sebagai jam’iyyah, ungkapnya, NU merujuk pada muqaddimah qanun asasi, mabadi khairu ummah, khittah Nahdliyyah dan peraturan organisasi yang berlaku di lingkungan NU. “Momentum Syawwal ini, kita kembali pada fitrah organisasi dalam berkhidmat pada bangsa dan negara,” katanya.

Ia berharap, semua bidang khidmat NU dilakukan dengan musyawarah mufakat, sebagaimana arahan para kasepuhan (masyayikh) dan dilakukan dengan ta’awun (kerja sama) yang baik. “Termasuk, pembangunan pesantren mahasiswa yang telah direncanakan juga dilakukan ta’awun antara pengurus, warga, aghniya dan seluruh komponen jam’iyah NU,” jelasnya.

Rois Syuriyah PWNU, KH Ubaidillah Shodaqoh, dalam pidato iftitah menyampaikan bagaimana IPTEK dapat melayani agama, sehingga beribadah bisa dengan nyaman dan aman. “Bagaimana teknologi mampu memberangkatkan jamaah haji. Namun akibat musibah yang ada, IPTEK belum mampu melayani keperluan jama’ah,” paparnya.

Ditambahkannya, bahwa pemerintah adalah cermin dari rakyatnya, termasuk Nahdliyyin, sehingga jangan sampai kita selalu menyemooh (maido). “Kami berterima kasih kepada pemerintah, yang telah berikhtiar memimpin dengan baik, seperti menjaga agama (ri’ayatu al-din), baik akidah, syari’at maupun akhlaq. Juga siyasat al-dunya dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat,” tegasnya.

Habib Luthfi pada kesempatan itu menyampaikan perlunya mempertemukan balung pisah dan melakukan regenerasi dengan sanad yang menyambung kuat. “Untuk menyambungkan sanad, kita telah berbuat apa? Seyogyanya PWNU dan PCNU memiliki cacatan sejarah ulama ahlussunah wal jama’ah di negeri kita sampai kepada zuriyahnya dan peran sertanya dalam menyambungkan sanad ilmu dan amal saleh,” pesannya.

Sedang Habib Umar Muthohar dalam tausiyahnya, menyampaian perlunya menjunjung tinggi akhlak yang mulia dalam memperkuat persatuan dan menghindari salah paham. (ibda/ gie, ros, adb, rid)

Comments