
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Resolusi Jihad ini menyerukan kepada kaum muslimin, khususnya santri, agar mengambil peran dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
22 Oktober 1945, menjadi penanda betapa kalangan santri adalah kelompok masyarakat yang sangat nasionalis. Dengan diterbitkannya Resolusi Jihad oleh Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari.
Selanjutnya, setelah lebih dari tujuh dekade Indonesia merdeka, tepatnya pada 2015, Presiden RI H. Joko Widodo meneken Keputusan Presiden, 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri.
Ya, santri memang kelompok masyarakat di tanah air, yang telah sejak lama mengambil peran dalam proses pendirian negara ini, dan senantiasa berkomitmen menjaga keutuhannya.
Terkait cinta tanah air (nasionalisme), menurut H. M. Ulin Nuha Lc. M.Us., alumnus University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia ini bahwa masyarakat, terlebih umat Islam, bisa mengambil teladan dari Kanjeng Nabi Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Kanjeng Nabi itu tidak hanya teladan dalam pembangunan akhlaq umat, tetapi juga dalam hal nasionalosme,” kata penyuluh agama pada Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kudus itu.
Dia pun menjelaskan, tatkala Nabi diusir oleh kafir Quraisy dari tanah Mekah, Baginda Rasulullah pun berbicara dengan tanah mekah: “Demi Allah, kamu adalah tanah yang paling aku cintai, dan juga paling dicintai Allah. Seandainya mereka (kafir Quraisy – Red) tidak mengusirku, maka aku akan tetap (tinggal) di Mekah ini,’’ ungkapnya.
Pernyataan Kanjeng Nabi tersebut, jelas H. M. Ulin Nuha, menunjukkan betapa besarnya cinta Rasulullah terhadap tanah airnya. ‘’Ini harus menjadi teladan bagi kita semua untuk mencintai negara kita, tanah tumpah darah kita,” tuturnya. (ros/ adb, rid)