Didukung, Patirtan Cabean Kunti Jadi Pusat Konservasi Mata Air

0
1075
Gubernur Jateng saat meninjau Patirtan Cabean Kunti/ Foto: istimewa

BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Setelah 12 tahun ditetapkan sebagai cagar budaya, Patirtan Cabean Kunti di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diproyeksikan sebagai pusat konservasi sumber mata air.

Rencana itu pun didukung oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang meminta seluruh daerah mencari sumber mata air yang pernah ada dan meniru langkah Cabean Kunti untuk mengkonservasi atau menciptakan sumber mata air baru.

“Mata airnya bagus, hutan sekitarnya juga bagus, tetapi kurang rungkut (lebat). Maka kami siapkan penataan kawasan karena ide dari desanya sudah bagus, untuk mengkonservasi seluruh mata air yang masih ada. Nah sekarang tidak cukup yang masih ada, kita ciptakan mata air baru dengan cara mengonservasi dan menanam,” katanya usai mengunjungi Patirtan Cabean Kunti, Kamis (4/8/2022).

Terkait penataan Patirtan Cabean Kunti, dia meminta pemerintah desa bekerja sama dengan kampus, pemerintah daerah, dan DPRD. Ia ingin semua pihak terlibat untuk bergotong royong menata kawasan itu. Selain konservasi dan memanfaatkan sumber mata air yang ada, diharapkan situs yang diperkirakan sudah ada sejak abad VIII-X Masehi itu menjadi destinasi wisata.

“Semuanya nyengkuyung agar ditata, termasuk ini bisa menjadi desa wisata karena situsnya bagus. Sehingga nanti ada sejarawan yang bisa menceritakan, bisa memanfaatkan air dengan baik, penataan kawasan baik, sehingga nanti orang akan datang ke sini juga menghormati. Mereka merawat dan menikmati,” ujarnya.

Berdasarkan keterangan tertulis di tempat itu, Patirtan Cabean Kunti terdiri atas tujuh sendang. Ketujuh sendang itu adalah Sendang Jangkang, Sendang Sidotopo, Sendang Lerep atau Palerepan, Sendang Kunti Lanang, Sendang Panguripan, Sendang Kunti Wadon, dan Sendang Semboja. Oleh masyarakat sekitar kawasan Patirtan Cabean Kunti juga disebut sebagai Sendang Pitu.

Temuan relief yang terdapat di Sendang Lerep, diperkirakan merupakan tantri (cerita binatang) yang berisi ajaran moral agama Buddha. Berdasarkan relief itu, fungsi dari Patirtan Cabean Kunti sendiri sebagai bangunan suci. Diperkirakan dibangun oleh bangsawan yang mengasingkan diri atau petapa yang ingin mencapai moksa.

“Mudah-mudahan dalam jangka pendek penataannya akan segera dilakukan. Minimal desainnya dulu. Menanamnya segera dimulai, nanti soal fisiknya bisa sambil berjalan dan bertahap,” Ganjar menambahkan.

Pihaknya juga berharap, setiap desa mencari sumber mata air yang pernah ada untuk dikonservasi. Untuk memperkuat gerakan tersebut, ia meminta kepala desa membuat peraturan desa untuk menggerakkan warga termasuk menjaga kebersihan.

“Perlulah gerakan seperti yang ada di sini dilakukan di banyak desa lain. Kalau menemukan sumber mata air, konservasi. Kalau pernah ada cerita atau sejarah masa lalu yang kemudian warga setempat tahu di situ pernah ada mata air, cari lagi. Hidupkan lagi dengan konservasi, menanam, dan kemudian melakukan penghijauan kembali,” tegasnya. (rls/ ros, adb, rid)

Comments