Jelang Ramadan
Dari Tradisi Ziarah, Penjual Kembang Mendulang Berkah

0
801
Penjual kembang berjualan di makam Kriyan Jepara

JEPARA, Suaranahdliyin.com – Tradisi nyekar atau berziarah ke makam menjelang puasa Ramadan turut membawa berkah bagi para penjual kembang, terutama kembang boreh. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat muslim di Jawa, termasuk di Kabupaten Jepara.

Belasan penjual kembang berjejer rapi menjual kembang boreh untuk para peziarah. Ada yang sudah standby dari pagi, menyediakan kembang-kembang khusus untuk orang nyekar.

Penampakan ini mudah ditemui di sekitaran Makam Mbah Shidiq Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara. Beberapa memang penjual kembang tetap, sementara yang lain memang sengaja berjualan kembang di momen jelang Ramadhan ini.

Suriyatun (60), warga Desa Robayan, KalinyamatanJepara, mengaku setiap menjelang ramadhan dan idulfitri selalu berjualan kembang. Selain ikut ngalap berkah, wanita beranak dua itu juga berniat mendulang rezeki di momen-momen tersebut.

“Sejak kecil saya sudah ikut ibu saya jualan kembang, tapi memang tidak setiap hari, pas ada preman (momen tertentu, red) saja,” kata Suriyatun dalam bahasa jawa, Selasa (21/03/2023).

Perempuan yang kesehariannya menjadi penjual warung nasi di sebuah industri tekstil Jepara itu mengeluarkan modal 1 juta rupiah untuk dua hari. Ia mengaku, jika ditaksir, keuntungannya bisa dua sampai tiga kali lipat.

“Paginya saya di pasar Mayong, siang sampai sore di sini,” timpalnya.

Kembang yang dijual para pedagang ini rata-rata berjenis sama, yakni kembang boreh yang digunakan untuk nyekar. Kembang ini berisi campuran banyak jenis bunga, seperti mawar, kantil, kenanga, saka, kembang telasih, dan daun pandan yang kemudian ditum (bungkus) dengan daun pisah.

“Satu bungkus kembang boreh harganya lima ribu rupiah, sementara mawar satu wadah kecil harganya 20-25 ribu,” terangnya.

Senada dengan Suriyatun, Mu’minah (45) yang juga berasal dari Desa Robayan ikut meramaikan penjualan kembang boreh di sekitar makam. Sudah 5 tahun ini ia berjualan dengan untung lumayan.

“Sebagai tambahan rezeki saja, barangkali untuk puasa dan hari raya punya banyak kebutuhan. Jadi saya hanya jual sekitar 50 bungkus kembang per hari,” terangnya.

Menurutnya, kegiatan nyekar ini sudah menjadi adat dan tradisi di daerahnya. Sehingga ia memanfaatkan momen ramadhan ini untuk mendulang berkahnya pula.

“Sudah menjadi adat kita (warga muslim, red) untuk berziarah setiap megeng (menjelang, red) puasa dan hari raya,” imbuhnya.

Ramadhan memang membawa berkah, begitupun kepada penjual kembang untuk keperluan ziarah.
Bahkan, salah satu penjual di kompleks makam Mbah Shidiq itu bisa meraup untung sampai jutaan rupiah, ketika momentum seperti ini.

Masruah, warga Desa Kriyan, Kalinyamatan Jepara, memang penjual tetap di area makam tersebut. Ketika hari-hari biasa, ia hanya bisa meraih ratusan ribu rupiah. Sementara di hari-hari menjelang puasa, ia bisa mendapat omzet jutaan rupiah per hari.

“Besok hari terakhir sebelum ramadhan, itu yang paling ramai. Musim-musim begini bisa 5-6 juta rupiah, bahkan kalau ramai bisa sampai 10 juta,” ujarnya.

Dagangan yang dijual Masruah dan anak perempuannya itu memang banyak. Tak hanya kembang boreh, ia juga menyediakan dupa, menyan, gading, mawar dan aneka kembang pesanan. Masruah menjual kembang mulai harga 5 ribu per bungkus hingga 25 ribu, seusai dengan pesanan.

“Sejak Kamis kemarin memang sudah ramai, karena menjelang puasa. Banyak juga yang langganan dari desa-desa sekitar membeli ke saya,” aku perempuan yang sudah berjualan kembang selam 30 tahun itu.

Salah satu pembeli, Sri wahyuti, warga Desa Sendang, Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara, mengaku rutin membeli kembang ke Masruah. Kali ini, ia membeli kembang boreh untuk nyekar keesokan harinya.

“Saya memang sudah langganan di sini. Jaga-jaga kalau besok keramaian, jadi belinya hari ini,” ujar Sri.(sim/adb) 

Comments