
Oleh Kholidia Efining Mutiara*
Suaranahdliyin.com – Dunia Pendidikan tak terasa sudah memasuki tahun pelajaran 2021. Akibat adanya pandemi kita seolah dipaksa untuk melewati satu tahun pelajaran tanpa saling bertatapan.
Demi keselamatan bersama, pemerintah memberlakukan jaga jarak aman sehingga segal hal yang berhubungan dengan kebiasaan berjabat tangan dan kegiatan kerumunan menjadi larangan. Beredar kabar bahwa Juli nanti kegiatan belajar tatap muka bisa diberlakukan.
Secercah harapan muncul, hanya saja tetap perlu dibarengi dengan kewaspadaan agar kondisi tetap aman. Terlepas dari hal itu, pandemi telah mengajarkan kita banyak hal dalam dunia Pendidikan. Mungkin bila boleh mengkhayal, Pendidikan di masa depan justru sebagaimana yang kita lakukan selama satu tahun belakangan.
Penerapan merdeka belajar yang diusung menteri Pendidikan bisa jadi efektif selama ada kultur yang menunjang. Baik itu berupa sarana teknologi, jaringan, pola hidup serta kehidupan sosial yang begitu kompleks dengan berbagai kesibukan. Sehingga pada masanya kita akan benar-benar sampai pada peradaban yang mampu mengakulturasikan pendidikan dengan teknologi.
Konsepsi seperti itu pernah “diramalkan” oleh mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dalam sebuah ajang CeBIT 2017. Abe menawarkan sebuah konsep Society 5.0 yang memposisikan manusia dan teknologi mampu berjalan secara harmoni. Konsepsi Society 5.0 adalah pengembangan dari Revolusi Industri 4.0 yang dikutuk sebagian orang karena melahirkan persaingan antara manusia dan robot/teknologi.
Salah satu alasan mengapa satu tahun kemarin terasa amat sulit adalah karena ketidaksiapan kita menggunakan teknologi. Sehingga yang harusnya bisa membantu meringankan beban Pendidikan, justru tampak sangat sulit bahkan tidak terkendali. Berapa banyak orang tua yang mengeluh tidak bisa membagi waktu di rumah karena harus mendidik anaknya? Berapa pula guru yang mengeluh sebab anak didik tidak mau belajar dengan baik dan mengerjakan tugas pembelajaran?
Tentu jawabannya hampir 90% merasakan masalah yang sama, yakni tidak siap menjalani kondisi tersebut. Tetapi apabila kita mampu bersinergi dengan teknologi, tentu, peran pendidik justru akan semakin mudah dalam tugasnya sebagai transfer of knowledge.
Profesional
Melansir artikel di kemendikbud.go.id, dalam kondisi pandemi satu tahun lalu, sebenarnya kita sedang dipersiapkan untuk menjadi tenaga pendidik serta peserta didik yang profesional di Era Society 5.0. Kita dilatih untuk terampil mengharmonikan pendidikan di bidang digital. Artinya kita diminta untuk sebisa mungkin bersinergi dengan teknologi, bersikap kreatif dan inovatif.
Kendati begitu, mungkin masih ada satu persoalan yang menimbulkan keresahan. Yaitu tugas guru sebagai media pentransfer nilai (Transfer of Value). Dan, jika memang itu masalahnya, secepat mungkin kita harus menemukan cara menghadapi Society 5.0 Era. Apakah dengan membentuk sebuah kultur masyarakat dengan nilai (value) yang positif. Ataukah cukup hanya dengan mengajarkan anak didik supaya aktif dan berpikir inovatif ?
Yang pasti, pendidikan harus bisa dinamis agar tidak melahirkan generasi yang pasif.