BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Wakil Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Kiai Sartoni mengingatkan beragama ataupun berorganisasi jangan setengah-setengah, melainkan berusaha total untuk kebaikan diri dan sesama.
“Kita mesti bangga menjadi kader NU. Karena NU bukan sekadar (memiliki) nama besar tapi secara kultur keagamaan dan keorganisasian juga besar, sehingga patut kita perjuangkan dengan segenap jiwa raga,” kata Kiai Sartoni dalam rutinan PR GP Ansor Karangjati, Wonosegoro, Sabtu (16/09/2023) malam lalu.
Dirinya mengambil kiasan dari kisah Nabi Musa yang mengajak keempat muridnya ke sebuah gua. Setelah sampai di depan mulut gua Nabi Musa berkata, “Hai muridku, kamu akan menyesal jika masuk atau tidak masuk gua itu!”
Mendengar ucapan Nabi Musa, murid yang pertama tidak masuk gua. Kedua, masuk namun di pertengahan gua yang gelap itu, ia kembali keluar tak membawa apa-apa. Ketiga, masuk serta menelusuri atau meraba bagian-bagian gua, tapi ketika keluar juga tidak membawa apa-apa. Keempat, masuk kemudian meraba benda-benda di gua dan memungut beberapa barang dimasukkan ke sakunya yang ternyata setelah ia lihat di luar gua adalah emas.
Akhirnya keempat murid saling bertanya dan semuanya menjawab menyesal termasuk murid yang keempat, “Mengapa saya hanya mengambil emas sedikit padahal bisa lebih banyak lagi,” gerutunya.
Cerita itu, lanjut Kiai Sartoni, bisa menjadi potret kita dalam menjalani hidup beragama, berorganisasi, atau dalam bermasyarakat yang selaiknya berusaha mendalami dan mengerjakan hal-hal yang baik dengan penuh kesungguhan. “Dengan kesungguhan dan keikhlasan pun, ternyata kita nanti akan tetap menyesal, mengapa tidak melakukan dengan lebih keras dan sungguh lagi,” tegasnya.
Ditambahkannya, kader Ansor atau NU jangan seperti lalat yang kehadirannya menyebarkan penyakit (masalah), namun sebisa mungkin seperti lebah yang keberadaannya bermanfaat (menyelesaikan masalah), tidak merusak, dan tidak mengganggu. “Maka jadilah manusia seperti kedua belah tangan yang saling mengisi dan tolong menolong,” tandasnya.
Dia juga berpesan bagaimana menjadi kader atau pemimpin yang baik dalam organisasi maupun di kehidupan sehari-hari. Pertama, menjalankan ibadah atau mengabdi kepada Allah SWT dengan ikhlas. Kedua, melaksanakan amanat dengan tepat. Ketiga, bermanfaat bagi banyak orang.
“Ketiganya jika kita pahami, hayati, dan amalkan, maka hidup kita enak, beribadah nyaman, dan ketika punya jabatan apa pun disyukuri dan bermanfaat bagi yang lain,” terangnya.
Ketua PR GP Ansor Karangjati Muh Mustain mengajak terus berikhtiar lebih baik dalam kiprah keorganisasian dan kemasyarakatan agar lebih bermanfaat dunia sampai akhirat.
Sementara di antara keputusan musyawarah dalam rutinan yang dilaksanakan di Mushala Nurul Iman Dusun Krangkeng serta dimeriahkan hadrah An Najah, ini akan melanjutkan penyaluran bantuan air bersih di dusun yang membutuhkan. (siswanto ar/ ros, rid, adb)