SRAGEN,Suaranahdliyin.com – Jika ingin disebut sebagai organisasi mandiri, Nahdlatul Ulama (NU) mutlat harus melakukan pembangunan ekonomi ummat. Tidak bisa dipungkiri, masyarakat miskin di Indonesia didominasi oleh warga NU.
“Oleh karenanya, NU CARE-LAZISNU memiliki tugas yang berat untuk bersama-sama memberdayakan umat dan mengentaskannya dari kemiskinan,”kata ketua Pimpinan Pusat NUCARE-LAZISNU Syamsul Huda dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional ke-3 NUCARE-LAZISNU di Pondok Pesantren Walisongo Sragen, Senin sore (29/1/2018).
Syamsul mengatakan keberpihakan NU kepada penguatan ekonomi umat sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Sejak awal berdirinya, NU sudah sangat konsen dengan nasib ekonomi umatnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya Maklumat No. 7 tahun 1936 yang dikeluarkan oleh Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.
Maklumat itu, tuturnya, memantik semangat pengurus NU di berbagai wilayah di Indonesia, baik di Jawa, Sumatera maupun Kalimantan untuk bergerak melakukan pemberdayaan ekonomi umat dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah jimpitan dan pendirian badan khusus yang menangani masalah sosial ekonomi umat.
“Pada era selanjutnya K.H. Mahfudz Shiddiq kemudian mendirikan Syirkah Muawwanah (koperasi) disetiap PCNU yang ada di Indonesia. Tujuannya tidak lain adalah untuk memberdayakan ekonomi warga nahdliyin.”terang Syamsul.
Melihat kenyataan NU di masa lalu yang begitu massifnya menggerakan semua elemen untuk pemberdayaan ekonomi, Ia menegaskan seharusnya sekarang sudah saatnya NU menjadi sebuah organisasi yang mandiri, yang berdaulat secara ekonomi dan kuat secara ideologi.
“Kami ingin agar semangat yang telah dilakukan oleh PCNU Kab. Sragen dan NU CARE-LAZISNU Kab. Sragen menggerakkan KOIN NU dapat ditularkan kepada semua yang hadir di sini.”tandasnya
Ia mengharapkan NU CARE-LAZISNU wilayah maupun cabang di seluruh Indonesia bisa memiliki satu Baitul Mal wat Tanwil (BMT) seperti di Kecamatan Pasir Sakti Lampung yang mengelola dana Zakat, Infaq dan Shadaqah serta juga pemenuhan modal usaha untuk pengusa kecil dan menengah. Tujuannya, agar NU benar-benar hadir sebagai solusi konkret untuk menyelesaikan problematika ekonomi umat.
“Strategi penghimpunan dengan model Sragen dan strategi pengelolaan model Pasir Sakti jika digabung dalam satu kesatuan utuh, maka NU benar-benar akan menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang luar biasa,”tegas Syamsul.
Rakornas yang dibuka ketua PBNU HM.Sulton Fathoni ini diikuti 300 peserta dari pengurus NU CARE-LAZISNU wilayah, kabupaten dan kecamatan serta luar negeri.Rencananya, kegiatan akan berlangsung hingga Rabu lusa (31/1/2018) (gie,adb)