LP Ma’arif PWNU Jateng Ulas Trik Menulis Artikel Populer dan Esai

0
1107
Diskusi online seputar penulisan artikel populer dan esai yang digelar LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah

SEMARANG, Suaranahdliyin.com – Program Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) jilid V yang digelar Bidang Diklat dan Litbang LP Ma’arif PWNU Jateng, Senin (6/7/2020) lalu mengusung materi kuliah artikel populer. Dua pemateri dalam momentum itu adalah Hamidulloh Ibda (koordinator GLM) dan penulis lepas, Junaidi Abdul Munif.

Hamidulloh Ibda, menyampaikan, menulis artikel populer merupakan bagian dari artikel ilmiah yang rumpun atau genrenya lebih santai. “Menulis artikel populer itu wahana menjadi manusia merdeka, karena lebih santai, pendapat pribadi, tidak bertele-tele dan tidak kaku seperti memakai rujukan artikel ilmiah. Pokoknya artikel populer itu karya tulis dengan tema tertentu, ditulis dengan gaya bahasa populer atau ngepop,” terangnya.

Peraih juara I Lomba Artikel Tingkat Nasional Kemdikbud tahun 2018 itu menambahkan, berbeda dengan artikel ilmiah, yang penulisannya sangat kaku, menggunakan rujukan, harus metodologis, dan sesuai author guidelines.

“Tidak ada orang besar tanpa tulisan, wahana aktualisasi (kritik, curhat), pengabdian, investasi ide/ menjaga tradisi ilmiah, materi-immateri, kum (PAK) 0,5, nama, grade akreditasi BAN-PT kriteri 9 (luaran), menghidupkan budaya penelitian, mengabadi, dicatat dalam sejarah/ rekam jejak digital,” jelas penulis asal Kabupaten Pati itu.

Dikatakannya, ada beberapa ciri artikel populer, yakni memakai bahasa populer (ngepop), tidak terlalu kaku/ilmiah, tidak harus memakai rujukan dan daftar pustaka, lebih banyak berisi pendapat pribadi dan mengulas isu-isu terkini.

Sedang beberapa tips mencari dan mencuri ide, di antaranya dengan membaca literatur (buku, jurnal ilmiah, prosiding, artikel/esai populer), diskusi, membaca ide-ide tercecer di media sosial (FB, IG, Twitter), mencari ide-ide terbuang di layanan pesan (WA, BBM, Line), wawancara/tanya-tanya, merenung, membaca yang ditulis, menulis yang dibaca, dan mengendapkan ide.

Junaidi Abdul Munif, pada kesempatan ini mengulas soal esai. Menurutnya, modal utama penulis esai adalah membaca buku apa pun, dan mendengar apa pun. Selajur dengan semangat postmodernisme, tidak ada lagi kebenaran tunggal yang mutlak. Esai adalah bagian dari dekonstruksi, membongkar narasi-narasi besar melalui secuil narasi kecil.

Pengalaman saya menulis esai, ujarnya, banyak memungut berbagai khazanah yang saya anggap cocok. Misalnya dalam menulis tentang kaitan pendidikan dan profesi, film-film dari tahun 1970, 1980, dan 1990-an, menarik untuk dijadikan referensi, demi melihat sekeping penanda zaman. Bahwa pekerjaan yang populer dalam film kita adalah dokter, insinyur, hukum, ekonomi. “Di antara yang pernah saya tulis, saya sering menggunakan lagu-lagu kritik sosial Iwan Fals sebagai titik pijak,” katanya.

Mengenai oroblem yang sering muncul ketika menulis esai, sebutnya, adalah writer’s block. Kondisi buntu, seperti tak bisa melanjutkan lagi. “Untuk menyiasatinya, adalah dengan menyela melakukan kegiatan lain, atau membaca lagi untuk mendapatkan suatu pencerahan. Tetapi tentu, setiap orang memiliki siasat yang berbeda-beda untuk mengatasi writer’s block,” jelasnya. (ak/ ibd, ros, adb, rid)

Comments