Didampingi Pengurus PCINU Lebanon, Syaikh Abdul Hadi Al-Khorsah Ad-Dimasqyi Silaturahim di Kediaman Pendiri NU

0
3085
Syaikh Abdul Hadi Al-Khorsah Ad-Dimasqyi bersama beberapa pengurus PCINU Lebanon foto bersama KH. Sholahuddin Wahid.

JOMBANG, Suaranahdliyin.com – Mustasyar PCINU Lebanon, Syaikh Abdul Hadi Al-Khorsah Ad-Dimasqyi bersilaturahim di kediaman pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari di Jombang, Jawa Timur, baru-baru ini.

Kedatangan Syaikh Abdul Hadi Al-Khorsah Ad-Dimasqyi tersebut didampingi Pengurus PCINU Lebanon dan disambut langsung oleh pengasuh Pondok Tebu Ireng, KH. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah).

Pada kesempatan itu, Gus Sholah diminta oleh Syaikh Abdul Hadi Al-Kharsah berkisah tentang sejarah pondok pesantren, peranannya, dan hingga kiprah para alumninya.

Dikatakan oleh Gus Sholah, bahwa keberadaan pondok pesantren di Indonesia sudah berdiri dan berperan aktif untuk masyarakat sejak 500 tahun lalu. ‘’Salah satu pesantren tua yang hingga kini masih kokoh berdiri adalah Pondok Sidogiri yang umurnya sudah hampir 300 tahun,’’ terangnya melalui rilis yang dikirim Wakil Tanfidziyah PCINU Lebanon, Abdul Fathir Kautsar, kepada Suaranahdliyin.com, Jum’at (26/7/2019).

Jumlah pondok pesantren dan madrasah diniyah yang terhitung sampai saat itu, lanjutnya, sekira 28.000 Pondok Pesantren. ‘’Rata-rata tidak dibantu dana oleh pemerintah, kecuali sangat sedikit sekali. Mereka membangun secara mandiri serta mengembangkan dengan bantuan para dermawan dan masyarakat.’’

Lebih lanjut disampaikan, ke depan pondok pesantren mau tidak mau harus siap menerima tantangan global, di mana ekonomi dunia dan konflik Timur Tengah yang sedang dikuasai Barat, siap menanggulangi itu dengan cara memperkuat ekonomi islam demi kemaslahatan umat

‘’Untuk para alumninya, antara lain KH. Wahid Hasyim (Menteri Agama RI Pertama), KH Abdurrahman Wahid (Presiden ke-4 RI), pendiri pondok pesantren Lirboyo, pendidi pondok pesantren Tegalrejo dan lainnya,’’ paparnya sembari berdoa konflik di Timur Tengah, terutama Syiria dan Yaman bisa secepatnya padam dengan izin Allah.

Buya Yahya, menambahkan, kakeknya merupakan seorang ulama besar, juga pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU). ‘’NU adalah Ormas terbesar di Indonesia. Kakek (Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari-Red) dulu antara lain berguru kepada para ulama di Mekah bersama Mufti Mekkah, Syaikh Zaini Dahlan,’’ tuturnya.

Mendengar paparan itu, Syaikh Abdul Hadi pun takjub. “MasyaAllah, bayangkan jika setiap pondok saja ada 1000 santri, kemudian dikalikan sebanyak 28.000, maka santrinya bisa mencapai 28 juta. Sedang ada beberapa pondok-pondok besar yang jumlah santrinya mencapai 5000 sampai 7000,’’ ujarnya.

Menziarahi KH. Hasyim Asy’ari, KH. A. Wachid Hasyim dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Syaikh Abdul Hadi pun berkata, pendiri NU adalah salah satu tokoh besar dan alim, yang menggabungkan antara ilmu dunia dan akhirat. ‘’Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan kepada beliau, kepada keluarga, pendiri pondok dan juga keturunannya,’’ katanya.

Di Tebu Ireng, selain silaturahim, Syaikh Abdul Hadi juga mengisi seminar di depan mahasantri Ma’had Aly Tebu Ireng, dan menziarahi KH. Hasyim Asy’ari, KH. A. Wachid Hasyim dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di kompleks makam pondok. ‘’Alhamdulillah, sekarang saya bisa menulis di sejarah kehidupan saya, bahwa saya sudah pernah menginap di rumah pendiri NU, KH. Hasyim Asyari,” ungkapnya. (rls/ adb, rid, ros)

Comments