
Oleh : Firda Shoma*
Suaranahdliyin.com – Dewasa ini kita dihadapkan oleh generasi baru yang lebih terampil dalam segi teknologi dan internet. Mereka ialah Generasi Z yang menduduki peringkat pertama dengan 27,94% dari total penduduk Indonesia. Dari Hasil Sensus Penduduk 2020, dapat kita ketahui bahwa Generasi Millenial hanya menjadi kelompok kedua setelah Generasi Z yakni 25,87%. Generasi Z ini juga disebut dengan Gen-Z, iGeneration, Generasi Net atau Generasi Internet.
Generasi Z ialah orang-orang yang lahir sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2010. Generasi ini mempunyai keterampilan yang tinggi dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Meskipun demikian, mereka berstatus sebagai siswa yang harus dibimbing agar tidak tergerus oleh arus perkembangan zaman. Hal itu dikarenakan mereka lahir saat internet berkembang pesat dalam kehidupan manusia. Mereka hidup pada masa digital dan asing terhadap nilai-nilai kehidupan masa tradisional.
Siswa pada generasi Z memiliki karakteristik unik yang berbeda dengan Generasi X (lahir pada 1965-1980) dan Baby Boomer (lahir pada 1946-1964). Mereka punya kecenderungan gaya belajar aktif, global, visual dan multi-tasking. Generasi ini lebih terbiasa berkomunikasi lewat internet dari pada tatap muka.
Misalnya saat mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), mereka akan mencari jawaban di internet secara cepat. Dalam waktu yang sama, mereka berkomunikasi dengan teman maya melalui twitter, dan masih berbicara dengan teman yang ada di sebelahnya. Multi-tasking ini menjadi sifat khas mereka. Perhatiannya biasa terpecah dalam bermacam hal. Generasi Z telah terbiasa dengan berbagai kegiatan dalam waktu yang bersamaan, saat belajar berbicara, menonton TV, membaca, atau bermain game.
Generasi Z ini cenderung praktis. Mereka hidup dalam budaya yang serba instan, sehingga terkadang tidak tahan dengan sebuah proses. Hal ini membuat mereka selalu ingin berhasil dengan cepat. Dalam proses belajar, mereka tidak secara sistematis namun mereka akan melakukannya dengan random alias tidak urut, kadang dari belakang, kadang dari muka, atau kadang dari tengah. Maka dari itu perlu adanya inovasi dalam pembelajaran, karena menggunakan model pendekatan liner yang bersifat satu arah yakni berpusat pada guru (teacher-centered) kurang cocok bagi mereka.
Di sisi lain, mereka juga mempunyai ambisi yang sangat besar dalam meraih kesuksesan. Mereka dibekali oleh rasa optimis dengan kekuatan internet sehingga akan mencari segala cara untuk mencapainya. Lalu apakah kita yakin ambisi tersebut akan berujung pada kebaikan? Bagaimana jika mereka malah tersesat dan melanggar norma-norma sosial?
Berada di tengah kekacauan informasi dan nilai, Generasi Z harus dibekali dengan keterampilan memilih secara bijak, beripikir secara kritis, inovatif, problem solving dan pengambilan keputusan mengenai dirinya sendiri dan interaksi sosial. Oleh karena itu, melalui kegiatan pembelajaran sekolah bertanggungjawab dalam hal ini. Selain kegiatan pembelajaran, bimbingan dan konseling (BK) bagi generasi Z sangat dibutuhkan.
Generasi Z menjadi sebuah tantangan baru untuk Guru BK dalam penyiapan sumber daya Generasi Z yang bermutu di masa depan. Hal itu karena siswa ialah pribadi dalam masa berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Guru BK harus faham dengan kemajuan teknologi internet yang menjadikan anak sekarang dipenuhi dengan berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia, baik yang sesuai dengan moral atau tidak.