
Dalam dinamika sebuah organisasi, istilah “Sempalan” seperti sesuatu yang menakutkan. Sebab, kata “Sempalan” bisa diartikan memisahkan dari kesatuan.
Tetapi, “sempalan” bagi kalangan aktivis Kudus justru menjadi guyonan. Dalam jagongan santai, meraka melemparkan istilah tersebut.
“Melihat dinamika organisasi seperti ini bisa saja muncul (kelompok) sempalan,”ujar kang Ahmad membuka pembicaraan.
“Lho, memangnya sampyan belum tahu?,”sahut kang Rohmat.
“Belum kang,”kang Ahmad menimpali.
“Di Kudus itu sudah ada ‘Sempalan’,”jawab kang Rohmat.
Mendengar penjelasan kang Rohmat, semua orang terlihat serius menanggapinya..
“Wah bahaya iki, bisa mengganggu perjalanan organisasi menjadi tidak kondusif,”kata mereka.
”Dimana kang yang sudah ada itu?,”tanya kang Adi
“Kecamatan Jati Kudus kang,”jawab Rohmat.
“Wah ini,…,”sahut kang Ahmad sedikit kaget.
“Gak usah panik, di situ kan ada perempatan dengan nama “Sempalan” (dekat RS Mardirahayu). Jadi Jati-lah yang punya “Sempalan’ hehehe ,”jawab Rohmat menjelaskan dengan terkekeh.
Mendengar jawaban yang tidak diduga itu, Kang Ahmad dan lainnya hanya tersenyum sengit. “Oalah, kang-kang, ada-ada saja sampyan ini. Saya kira ada (kelompok) sempalan beneran,”sahut Ahmad agak menggerutu. (Qomarul Adib)