
Umumnya orang, melihat rizki sebagai hal yang terkait dengan harta benda. Padahal, rizki tak melulu soal harta benda. Namun, bisa juga terkait dengan hal lain. Kesempatan, misalnya.
Jika ada anak (pelajar/ mahasiswa) yang mendapatkan beasiswa belajar, maka beasiswa itu adalah sesuatu hal yang mesti disyukuri.
Dan jika dengan beasiswa yang diterimanya kemudian mendapatkan kesempatan-kesempatan lain, yang berdampak positif terhadap perkembangan intelektual dan karakter pelajar/ mahasiswa yang mendapatkan beasiswa, tentu ia mesti lebih banyak bersyukur.
Sebagai contoh, adalah saat pelajar/ mahasiswa yang penerima beasiswa mendapatkan pembinaan, sebagai upaya peningkatan kapasitas yang diberikan oleh lembaga pemberi beasiswa, tentu itu adalah hal yang luar biasa.
Disebut luar biasa, lantaran tidak semua anak, memiliki kesempatan untuk mendapatkan itu semua.
Namun anehnya, lebih banyak anak yang enggan mendapatkan pembinaan seperti itu. Menerima beasiswanya, oke. Tapi tunggu dulu untuk pembinaan; kecuali ‘dengan sedikit paksaan’.
Maka tidak heran, jika ada forum pembinaan kepada penerima beasiswa, maka yang hadir tidaklah seberapa. Kemalasan tentu menjadi hal utama yang melatari. Di luar itu, mungkin memandang pembinaan yang digelar, tidak terlalu penting. Atau alasan lain, yang tentu banyak sekali bisa dikemukakan jika ditanya.
Akan tetapi poinnya di sini adalah, bahwa tidak banyak anak yang merasa bahwa mendapatkan kesempatan seperti itu sebagai keistimewaan luar bisa, yang mestinya direspons positif.
Padahal, kesempatan seperti itu adalah rizki yang luar biasa. Namun itu seaka menjadi ‘rizki yang tak dianggap’ lantaran kemalasan dan hal-hal lain yang mudah dikemukakan sebagai alasan.
Pada akhirnya, mendapatkan kesempatan mengikuti pembinaan sebagaimana dilakukan oleh lembaga pemberi beasiswa (dan lainnya), adalah hal luar biasa yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Selain soft skill yang didapat, paling tidak, networking menjadi hal lain yang mesti diterima dengan sangat gembira, karena ke depan, kesuksesan seseorang tidak sekadar ditopang dengan ilmu dan skill semata, tetapi networking juga hal yang tidak boleh dilupakan. Tidakkah demikian? (Rosidi, mentor Beasiswa Cendekia Baznas Ma’had Aly TBS Kudus)