Puasa Ramadan memiliki banyak sekali keutamaan dan hikmah, sebagaimana seorang hamba rela menahan dirinya dari segala hal membatalkan puasa, baik syahwat makan, minum maupun bersenggama, maka Allah memberikan balasan dan pahala yang setimpal dengan perbuatan si hamba.
Ada banyak sekali keutamaan puasa Ramadan. Di antaranya: Pertama, mereka memiliki jalur khusus untuk memasuki surga. Sebagaimana sabda Nabi,
إن في الجنة بابا يقال له الريان يدخل منه صائمون يوم القيامة، فإذا دخلوا أغلق ذلك البال فلم يدخله منه أحد
“Sesungguhnya surga memiliki pintu bernama Ar Royyan, di mana orang-orang yang berpuasa akan memasukinya kelak pada hari kiamat. Ketika mereka semua telah memasukinya, pintu tersebut akan ditutup dan tidak ada yang memasukinya lagi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kedua, Allah sendiri yang akan memberi pahala orang yang berpuasa. Dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman,
كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به
“Setiap perbuatan Bani Adam untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa karena Aku, dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sebenarnya, setiap pekerjaan yang berupa ibadah dilakukan karena Allah, hanya saja pada puasa memiliki keunggulan tersendiri sehingga Allah sendiri menyandarkan padaNya. Ini sebab kemuliaan puasa dan orang yang berpuasa. Sebagaimana masjid sering disebut dengan baitullah (rumah Allah), penyandaraan ini memiliki arti tasyrif (kemuliaaan) bagi masjid tersebut.
Di antara keunggulan puasa adalah bahwa puasa termasuk ibadah yang bebas dari tama’ maupun riya’. Sebab puasa adalah ibadah “meninggalkan”, baik makan, minum, ataupun yang lainnya. Berbeda dengan zakat, salat dan haji, di mana semua itu adalah ibadah perilaku atau pekerjaan. Kita dapat melihat orang yang salat, membayar zakat, menunaikan haji secara kasat mata. Di mana ibadah-ibadah tersebut bisa saja terselip rasa tamak maupun riya’.
Sedang puasa, seseorang tak akan tahu bahwa ia berpuasa secara kasat mata. Di sinilah Allah memberikan kemuliaan tersendiri bagi mereka yang mau mengerjakan puasa.
Di sisi lain pada lafadz “Akulah yang akan membalasnya”, memiliki keunggulan tersendiri bagi mereka yang mau melaksanakan puasa. Dan sesuai dengan lafadz ini dimana Rasulullah bersabda, bahwa di antara kebahagiaan orang yang berpuasa adalah kelak ia akan menemui Tuhannya.
Dalam kitab Risalah fi Al Shiyam karya Habib Abdullah bin Husein bin Abdullah bin Ali bin Abdurrahman Al Masyhur, dijelaskan beberapa hikmah berpuasa. Pertama, dengan berpuasa seseorang akan memahami kehidupan karena Allah. Seseorang akan berada dalam tarbiyah dan didikan Allah secara langsung. Sebab ketika ia ingin melakukan syahwat dan ia ingat bahwa tengah berpuasa, maka ia akan meninggalkan syahwat tersebut. Sehingga seseorang akan jauh dari memenuhi panggilan syahwatnya. Andai seorang muslim mencapai hal demikian, ia akan menemukan hatinya dalam keadaan bersih dan suci.
Kedua, Ddengan berpuasa kita akan menemukan akan nikmat yang telah Allah berikan. Khususnya adalah kesehatan dan kakuatan. Sebab sesuatu tak akan dirasakan kecuali setelah kehilangannya.
Ketiga, dengan berpuasa seseorang akan merasakan keadaan orang fakir dan miskin. Di mana mereka yang tak mampu makan dan minum, sehingga tumbuh rasa simpati dan kasih sayang terhadap orang-orang yang kesusahan.
Dikisahkan, bahwa Sayyidina Yusuf ‘alaihis salam, tidak pernah makan kecuali jika memang dalam keadaan sangat lapar. Ini dilakukan untuk mengingat dan menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap orang yang kekurangan.
Sayyidina Luqman Al Hakim juga pernah mengatakn kepada putera-puteranya bahwa ketika perut penuh (kenyang), pikiran akan tertidur, kalam hikmah akan membisu, dan badan akan malas untuk melakukan ibadah.
Keempat, dengan berpuasa seseorang dapat melemahkan syahwat bersetubuh. Di mana syahwat ini menyamai antara manusia dan binatang.
Kelima, para dokter mengatakan bahwa puasa adalah obat yang manjur bagi mereka yang mengidap penyakit gula, kanker, penyakit kulit, dan luka borok.
Keenam, para dokter juga menyarankan agar jangan mengonsumsi makanan terlalu banyak. Sebab dapat memberikan penyakit bahkan kronis. Dengan ini puasa tidak berlawanan baik dengan syari’at maupun kedokteran. Tetapi sesuai dengan perkataan ahli hikmah, bahwa orang yang banyak makannya banyak pula minumnya, orang yang banyak minumnya banyak pula tidurnya, orang yang banyak tidurnya, sama dengan membuang-buang usianya. (*)
M Basuni Baihaqi,
Penulis adalah mahasiswa Universitas Imam Syafiie, Hadramaut, Yaman.