Pancasila Sesuai Keinginan Agama Membangun Tatanan

0
1651

SIDOARJO,Suaranahdliyin.com – Nahdlatul Ulama (NU) menolak secara tegas formalisasi syari’at Islam sebagai dasar Negara. Tetapi NU menerima Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara karena sudah sesuai dengan keinginan agama dalam membangun tatanan masyarakat.

Demikian yang disampaikan Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya Abdulloh Hamid dalam acara seminar kebangsaan bertema Sinkronisasi NU dan Pancasila dalam menjaga Kebhinekaan Indonesia dalam rangka pelantikan pengurus PAC IPNU-IPPNU Sedati Sidoarjo, di  Pendopo Kecamatan setempat, Ahad (15/7/2018) lalu.

Dalam paparan makalahnya, Hamid mengutarakan paradigma Nahdlatul Ulama tentang hubungan Islam dan negara bersifat simbiotik. Artinya,penerapan paradigma ini terletak pada pelaksanaan syariat Islam oleh warga negara saja, tidak untuk dilegal formalkan dalam tatanan ber-negara.

“NU secara umum menekankan tegaknya syariat (maqashid al-syari’at) seperti keadilan, kujujuran, toleransi, kemaslahatan umum, hak asasi manusia, amar ma’ruf nahi munkar, dan sebagainya”ujarnya.

Terkait Pancasila, Hamid memaparkan bahwa NU  memandang sila dalam dasar negara itu  merupakan produk yang dihasilkan dengan menjalankan perintah agama secara baik dan benar.

“Sila pertama ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan tauhid menurut keimanan dalam Islam,”tandasnya.

Wakil sekretaris Lembaga Perguruan Tinggi NU (LPTNU) Jawa Timur ini menandaskan NU sebagai jam`iyah tidak menginginkan berdirinya negara Islam di Indonesia. NU dengan tegas menyatakan bahwa NKRI, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah bentuk final dari sistem kebangsaan di Indonesia yang akan terus dipertahankan.

“NU mengharapkan setiap persolan apapun yang terjadi di Indonesia jangan sampai berujung pada disintegrasi bangsa, apalagi sampai terjadi pemisahan wilayah dari NKRI,”tegas Hamid.

Di hadapan ratusan pelajar itu, Hamid menambahkan NU juga memperkuat gerakan toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang sangat menghargai agama lain dan memberikan perlindungan kepada mereka sehingga mereka merasa aman berada dalam payung pemerintahan Islam.

“Inilah praksis kebangsaan yang dijalankan oleh NU yang menunjukkan tingginya nasionalisme yang dimiliki oleh kaum Nahdliyyin,”tandas pria asli Pati ini.

Dengan ketegasan sikap NU terhadap formalisasi syariat Islam di Indonesia ini, lanjut Hamid,  posisi dan peran NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah jelas.

“Langkah berikutnya, NU perlu melakukan sosalisasi kepada semua warga NU serta masyarakat luas mengenai keputusan dan sikap pandangan NU tentang NKRI, Pancasila, dan UUD 1945 dalam sistem kebangsaan di Indonesia. Termasuk pula gagasan-gagasan moderatnya, baik secara internal maupun eksternal.”harapnya (adb).

 

 

Comments