MWC & Alumni PKPNU Bae Gelar Kajiab Kurban dan Aqiqah

0
1778
Pengajian dialogis digelar MWC & Alumni PKPNU Bae di Masjid Gilang.

KUDUS, Suaranahdliyin.com – MWC NU daan alumni PKPNU Kecamatan Bae, Kudus menggelar pengajian dialogis mengupas masalah kurban dan aqiqah. Kegiatan tersebut digelar di Masjid Jami’ Nurul Mubin Gilang, Bae, Jum’at (17/8/2018) malam.

Pengajian dialogis yang dibuka ketua MWC NU Kecamatan Bae, Kiai Sya’roni Suyanto ini dihadiri beberapa narasumber, antara lain KH. Sa’aduddin An-Nasih LC (Katib Syuriyah MWC NU Bae), K. Ahmad Salim (wakil Katib Syuriyah MWC NU Bae) dan K. Ali Maksum S.Pd.I (LBM MWC NU Bae).

KH. Sa’aduddin An-Nasih, salah satu narasumber, pada kesempatan itu, mengemukakan, udlhiyah (kurban) ialah hewan berupa unta, lembu, kerbau atau kambing yang disembelih sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt. pada Idul Adlha hingga akhir hari Tasyriq (10 – 13 Dzulhijjah).

Landasan hukum kurban, antara lain dijelaskan dalam Surat Al-Kautsar ayat 1 dan 2, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak, maka lakukanlah  salat (Idul Adha)  karena Tuhanmu dan berkorbanlah (menyembelih hewan kurban)!”

Selain itu, dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dikemukakan, “Nabi SAW telah menyembelih kurban berupa dua ekor biri-biri yang dominan warna putihnya serta memiliki tanduk sedang. Beliau sembelih dengan tangannya sendiri. Beliau membaca basmalah serta takbir dan meletakkan kakinya pada bagian bawah leher hewan tersebut.”

Sedang akikah, pengertiannya menurut bahasa, adalah rambut yang ada pada kepala bayi saat dilahirkan. Menurut syara’, akikah adalah hewan tertentu yang disembelih berkaitan dengan kelahiran bayi.

Landasan akikah, di antaranya dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan At-Tirmidzi, bahwa “Anak tergadai dengan akikahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, diberi nama dan dicukur rambut kepalanya”.

Hukum akikah adalah sunnah muakkadah bagi wali atau orang yang wajib menanggung nafkah bayi. Akikah dilaksanakan dengan memakai harta wali, bukan harta bayi. Hukum ini berlaku bagi wali yang mampu. Jika ia tidak pernah mampu sejak lahirnya bayi hingga lewatnya 60 hari, maka tidak disunahkan melaksanakan akikah. (ros, rid/ adb, gie)

Comments