Memoncerkan Kembali ”Seni Sakti Monel” di Kriyan Jepara

0
177

Oleh: Mufidatul Azizah

Seni kerajinan monel di Kriyan Jepara pernah jaya pada masanya. Kerajinan menyulap emas putih jadi perhiasan berbagai bentuk ini pernah mengangkat nama Kriyan tenar di berbagai daerah. Meskipun ”Seni Sakti Monel” sinarnya mulai meredup, namun sebagian besar masyarakat masih bertahan dan melestarikan industri kerajinan monel ini.

Desa Kriyan adalah desa yang terletak pada Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara. Sebagian besar masyarakat desa Kriyan ini memeluk agama Islam. Berdasarkan sejarahnya desa Kriyan adalah salah satu daerah yang dulunya menjadi pusat kerajaan Kalinyamat yang dulunya dipimpin oleh Ratu Kalinyamat.

Ratu Kalinyamat ini sangat terkenal pada saat penyebaran agama Islam oleh Wali Songo. Di Desa Kriyan ini berdiri sebuah masjid yang bernama Masjid Al Makmur, yang katanya merupakan masjid peninggalan dari masa pemerintahan Ratu Kalinyamat yang waktu itu dibangun oleh Kiyai Jafar Shidiq.

Desa Kriyan dijuluki sebagai desa kerajinan monel sekaligus sebagai pusat industri kerajinan monel yang berada di Kabupaten Jepara. Desa Kriyan sebagai sentra kerajinan monel sering dijadikan tujuan untuk berburu perhiasan yang berbahan dasar monel atau warga  setempat menggunakan penyebutan nama emas putih.

Sebagian besar masyarakat di Desa Kriyan ini penduduknya berprofesi sebagai pengrajin monel. Tidak heran, desa ini terkenal sebagai sentra atau pusat industri dari usaha kerajinan monel. Budaya wiraswasta yang masih ada dalam sebagian besar warga Jepara ini menciptakan bisnis-bisnis yang dijadikan sebagai karakteristik dari kota Jepara, seperti halnya industri mebel, kerajinan tenun ikat troso, kerajinan monel, kerajinan patung, kerajinan rotan, genteng, konveksi, & bisnis-bisnis Jepara lainya yang telah tersebar hampir tersebar di Negara Indonesia.

Perkembangan monel di Desa Kriyan sendiri diperkirakan dimulai pada tahun 1950-an. Kemudian baru pada tahun 1988 Desa Kriyan diakui sebagai pusat monel oleh Pemerintah Kabupaten Jepara. Saat itu belum ada toko monel. hanya para pengrajin hanya dilakukan dirumah-rumah. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh toko kerajinan hingga menjamur seperti sekarang ini. Mayoritas took kerajinan monel di sana identik dengan tulisan “Seni Sakti Monel”.

Industri Kerajinan monel ini telah lama ada dan dijalankan secara turun-temurun. Kerajinan ini dulunya dimulai dari inovasi masyarakat yang ingin mencoba mengolah sisa-sisa logam monel, kemudian semakin maju dalam mengolah sisa-sisa monel sehingga masyarakat yang memiliki inovasi yang tinggi mengolah sisa-sisa monel itu menjadi berkembang hingga sekarang.

Kilas Balik  

Keberadaan kerajinan ini dipengaruhi karena harga emas yang dulunya melonjak sekitar tahun 1998. Terjadinya krisis moneter menjadikan masyarakat beralih menggunakan perhiasan monel dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan harga emas yang sedang tinggi-tingginya. Usaha kerajinan monel yang banyak mengalami perubahan dari dulu hingga sekarang ini baik dari segi material, desain, corak, maupun persaingan dalam pemasaran. Perubahan ini terjadi karena perkembangan era yang semakin canggih, begitu juga dengan kebutuhan masyarakat.

Kawasan kerajinan  monel ini terbagi menjadi beberapa sektor. Di Kriyan sendiri khusus untuk pengrajin liontin, cincin, dan gelang. Sedangkan kerajinan seperti kalung, anting-anting, dan gelang tersebar di kawasan lain, seperti di desa Purwogondo, Margoyoso, Banyuputih, Krasak, Robyan, Bakalan, dan Gemulung. Terdapat dua tipe material baku monel, yakni yang diperoleh dari sisa-sisa sampah yang baru. Material daur ulang tersebut didapatkan dari sumber limbah pesawat terbang, pabrik, kapal kayu, hingga peralatan restoran yang terbuat dari logam putih. Yang baru adalah  matrial seperti tabung, kabel, dan pelat.

Semakin majunya usaha kerajinan monel ini membuat persaingan dan peluang pasar yang semakin luas sehingga membuat pengrajin menghadapi kesulitan dalam menghadapi permintaan pasar. Permintaan pasar yang semakin meningkat merupakan bukti bahwa kerajinan monel masih tetap eksis hingga saat ini. Hal ini disebabkan oleh harganya yang lebih ekonomis daripada perhiasan yang terbuat dari emas, sehingga perhiasan monel dapat digunakan sebagai pengganti emas putih.

Perkembangan industri kerajinan monel  yang dari tahun ke tahun semakin meningkat tentu tidak terlepas dari peran para pengusaha yang selalu mengembangkan usaha yang menjadi ciri khas daerah Kriyan ini. Namun dalam hal pemasaran mereka belum sepenuhnya berhasil. Para pengrajin monel di Desa Kriyan hanya sanggup memasarkan produknya pada tingkat di dalam negara saja, sedang untuk pasar internasional di ekspor oleh pihak ke dua atau melalui perantara maupun bisnis monel dengan ukuran yang besar. Padahal kerajinan monel Jepara sudah sampai mancanegara. Bahkan gelang para jamaah haji Indonesia juga dibuat dari monel Jepara. Dengan berbagai sebutan, monel Jepara juga menyebar ke negara-negara seperti di Timur Tengah, Brunai Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, dan negara-negara lainnya.

Tantangan Baru

Tantangan bagi para pengrajin monel di Desa Kriyan ini adalah bagaimana memunculkan jenis dan variasi baru yang laku di pasaran. Selama ini, pengrajin monel hanya memproduksi aksesoris berbahan baku monel. Sedangkan, ada banyak jenis kerajinan lain yang bisa diciptakan dari bahan monel seperti seperti perabot rumah tangga, dekorasi rumah, miniatur pernak-pernik, dan sebagainya. Tentu, diperlukan mekanisme produksi dan inovasi yang lebih kreatif tanpa mengurangi kualitas produksi kriya yang dihasilkan.

Faktor berikutnya yang cukup krusial tentunya bagi para pelaku industri kerajinan monel ini tak lain adalah modal. Dalam hal ini modal yang dimaksud bukan hanya untuk membeli bahan baku produksi, melainkan juga peralatan yang lebih canggih, praktis, dan peralatan untuk membuat kerajinan selain aksesoris. Untuk membuat kerajinan saja, pengrajin memerlukan mesin khusus. Sementara hambatan lainnya, sama seperti usaha industri pada umumnya, terkait modal, waktu, promosi dan SDM.

Sebagai tandingannya, industri monel harus tetap kekinian supaya tidak tertinggal dengan aksesori dari negara lain. Selain variasi model yang lebih beragam, juga karena harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan monel. Perkembangan kerajinan monel dari segi corak dan desain produk kerajinan monel ini memiliki karakteristik unik. Dengan majunya zaman dan tren, menuntut pengrajin monel untuk selalu berkreasi dan menciptakan desain terbaru agar produk tetap berkualitas di pasaran.

Kabar baiknya, usaha kerajinan monel di Kriyan ini juga mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah Jepara. Dengan adanya pelatihan bulanan dan peningkatan SDM, diharapkan dapat mendongkrak sentra Industri kriya monel di Desa Kriyan ini menjadi lebih maju. Oleh karena itu, hal ini juga harus direnspons dan disupport para pengrajin dan masyarakat desa kriyan sendiri, dengan upaya dan inovasi yang lebih kreatif memoncerkan salah satu ikon di Desa Kriyan itu. (*)

 

Referensi :

https://id.wikipedia.org/wiki/Kriyan,_Kalinyamatan,_Jepara

https://wisatahits.blogspot.com/2015/12/kriyan-pusat-industri-perhiasan-monel-jepara.html

STUDI TENTANG KERAJINAN MONEL “SENI SAKTI MONEL … https://eprints.uny.ac.id/42626/  hal 53-64

Mufidatul Azizah,

Penulis adalah warga Kabupaten Jepara dan Mahasiswa Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Kudus.

 

Comments