
Kang Udin boleh dibilang aktivis yang taat anjuran pemerintah. Setiap bepergian selalu mengenakan masker.
Ketika menghadiri sebuah acara hajatan, ia mengalami hal yang menggelikan. Saat baru sampai di rumah shahibul hajah, kang Udin berpapasan Adi (temannya) yang juga maskeran.
“Assalamu’alaikum, pripun kabare?”kang udin menyapa temannya.
“Wa’alaikum salam, alhamdulillah baik,”sahut Adi.
“O nggih, wonten undangan kangge jenengan (o ya, ada undangan untuk jenengan),”kata kang Udin dengan bahasa Jawa Kromo inggil.
“Ada undangan apa?,”tanya Adi.
“Undangan pelantikan Ansor mangke dalu. Mangke kulo aturaken teng dalem pak. (Undangan pelantikan Ansor nanti malam, nanti saya kirim ke rumah pak,”jawab kang Udin.
Setelah lama jagongan dengan bahasa Jawa Kromo inggil, Adi tanpa sengaja membuka maskernya. Kang udin pun terlihat sedikit kaget.
“Ya Allah kang, tak kiro Pak Ahmad (kakak) sampeyan. Tiwas saya basani. (Ya Allah kang, aku kira Pak Ahmad kakakmu. tiwas saya kromo inggil),”ujar Kang Udin yang salah duga.
“Hahaha, sudah aku duga, tumben kromo alus ,”kata Adi seraya tertawa.
Memang, dengan maskeran terkadang orang keliru menyapa atau bahkan berubah tidak saling mengenalnya. Kendati begitu, tetaplah maskeran supaya tetap aman. (Qomarul Adib)