
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Suasana haru dan khidmat menyelimuti Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an (PTPYQ) 2 Muria, dalam Haflatul Hidzaq ke-4 pada Kamis Kliwon, 16 Dzulhijjah 1446 H/ 12 Juni 2025.
Pada kesempatan yang penuh berkah itu, Dr KH Ahsin Sakho Muhammad MA, pakar Al Quran yang juga pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Quran Kebon Baru, Arjawinangun, Cirebon, menyampaikan tausiyah nan penuh makna.
KH Ahsin Sakho menekankan, bahwa menghafal Al Quran bukanlah perjalanan yang mudah. “Menghafal Al Quran bukanlah proses yang mudah. Diuji hafalannya, hingga meraih puncak prestasi ini dengan gilang-gemilang,” tuturnya.
Keberhasilan menghafal Al Quran, lanjutnya, adalah berkat bimbingan Ilahi, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Hasil-hasil yang semacam ini karena Allah-lah yang membimbing untuk bisa mondok dan menghafalkan Al Quran di tempat yang mulia ini,” tegasnya dalam haflah yang diikuti sebanyak 81 santriyah khatimat.
Kiai Sakho pun mengingatkan, agar para santriyah senantiasa bersyukur. “Bersyukurlah kepada orang tua serta ustaz/ ustazah yang telah membimbing selama in,” ungkapnya.
Jaga Hafalan
KH Ahsin Sakho pada kesempatan haflah itu memberikan perumpamaan, yang menggambarkan pentingnya menjaga hafalan Al Quran.
“Ada sebuah ibarat, burung dalam sangkar. Ketika memeliharanya, harus diperhatikan makanan dan minumannya. Sama seperti ketika menjaga hafalan Al Quran, jika tidak diperhatikan dan dijaga dengan baik, maka hafalan itu akan pergi meninggalkan kita, menyia-nyiakan energi luar biasa yang pernah kita gunakan,” jelasnya.
Maka dia juga mengingatkan akan konsekuensi fatal dari kelalaian. “Oleh karena itu, hendaklah para santriyah selalu nderes, menjaga hafalannya dengan baik,” pesannya.
Disebutnya pula, bahwa proses menghafal Al Quran merupakan sebuah perjalanan panjang. “Proses menghafal Al Quran jelas tidak mudah. Dari yang hanya membaca satu huruf saja, sampai kepada mahir menghafal, proses yang panjang itu seperti musafir,” terangnya.
Tak pelak, jelasnya lebih lanjut, bahwa Allah memberikan apresiasi tinggi kepada para penghafal Al Quran. “Allah memiliki keluarga dari kalangan manusia, yaitu para penghafal Al-Qur’an, para penjaga kalam Ilahi,” katanya.
Akan tetapi, lanjutnya, kemuliaan itu datang dengan tanggung jawab besar pula. “Para penghafal Al Quran harus betul-betul mencitrakan Al Quran Al Karim. Jangan sampai ahlu Al Quran melakukan tindakan yang kurang baik. Jaga etika di mana saja,” tegasnya. (arofatul ulya/ ros, rid, mail, adb)