
KEDIRI, Suaranahdliyin.com – Dalam rangkaian safari spiritualnya, ketua umum (Ketum) PBNU KH Said Aqil Siroj sowan atau berkunjung ke pondok pesantren (Ponpes) tempatnya nyantri semasa muda; Pondok Lirboyo, belum lama ini.
Selain meresmikan Masjid IAI Tribakti, Kiai Said juga melakukan serangkaian kegiatan. Antara lain orasi ilmiah di depan mahasiswa Tribakti, salat dzuhur di Masjid Sepuh, kemudian tahlil di maqbarah muassis dan masyayikh Pondok Lirboyo.
Dalam orasi ilmihnya, Kiai Said mengajak santri Lirboyo agar memperkuat himmah dan ‘azimah. Menurutnya, NU bisa besar, lantaran para pendirinya mempunyai himmah yang besar. “Jadi sebagai penerus NU, kita juga harus memiliki himmah yang besar dan tinggi,” tuturnya.
Selain itu, ia meminta santri memiliki ‘azimah. Santri harus kaya dan dermawan. “Seperti Syaikh Abu Hasan As-Syadzili. Ana ghany fala tarkhamuni. Bukan ayyuhannas ana fakir farkhamuni,” ujarnya dengan nada canda.
Dikatakannya, himmah dan ‘azimah yang dikelola dengan niat baik, dengan cara dan tujuan yang baik, sesungguhnya merupakan bagian dari revolusi mental. “Ini. Ya ini yang dimaksud Pak Jokowi revolusi mental itu,” katanya yang pada kesempatan itu juga sowan di ndalem pengasuh yang juga Rais Syuriyah PBNU, KH Abdullah Kafabihi Machrus. (riz/ rls, ros, adb, rid)
KEDIRI, Suaranahdliyin.com – Dalam rangkaian safari spiritualnya, ketua umum (Ketum) PBNU KH Said Aqil Siroj sowan atau berkunjung ke pondok pesantren (Ponpes) tempatnya nyantri semasa muda; Pondok Lirboyo, belum lama ini.
Selain meresmikan Masjid IAI Tribakti, Kiai Said juga melakukan serangkaian kegiatan. Antara lain orasi ilmiah di depan mahasiswa Tribakti, salat dzuhur di Masjid Sepuh, kemudian tahlil di maqbarah muassis dan masyayikh Pondok Lirboyo.
Dalam orasi ilmihnya, Kiai Said mengajak santri Lirboyo agar memperkuat himmah dan ‘azimah. Menurutnya, NU bisa besar, lantaran para pendirinya mempunyai himmah yang besar. “Jadi sebagai penerus NU, kita juga harus memiliki himmah yang besar dan tinggi,” tuturnya.
Selain itu, ia meminta santri memiliki ‘azimah. Santri harus kaya dan dermawan. “Seperti Syaikh Abu Hasan As-Syadzili. Ana ghany fala tarkhamuni. Bukan ayyuhannas ana fakir farkhamuni,” ujarnya dengan nada canda.
Dikatakannya, himmah dan ‘azimah yang dikelola dengan niat baik, dengan cara dan tujuan yang baik, sesungguhnya merupakan bagian dari revolusi mental. “Ini. Ya ini yang dimaksud Pak Jokowi revolusi mental itu,” katanya yang pada kesempatan itu juga sowan di ndalem pengasuh yang juga Rais Syuriyah PBNU, KH Abdullah Kafabihi Machrus. (riz/ rls, ros, adb, rid)