Bedah Buku PC Muslimat NU Kudus
Ketokohan KH. Hasyim Asy’ari Sejatinya Mendunia

0
809
Pembicara Badah buku KH Hasyim Asy’ari yang diselenggakan PC Muslimat NU Kudus

KUDUS,Suaranahdliyin.com – Ketokohan pendiri Nadlatul Ulama KH.Hasyim Asy’ari tidak sebatas pemersatu bagi umat Islam Indonesia tetapi sejatinya mendunia

Demikian yang disampaikan Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat NU Jawa Tengah Prof. Dr. Hj. Umma Farida, Lc.MA saat menjadi nara sumber bedah buku KH. Hasyim Asy’ari Pemersatu umat Islam Indonesia yang diselenggrakan PC Muslimat Kudus di auditorium IAIN Kudus, Senin (27/1/2025).

Hj. Umma Farida menilai buku karangan KH. Abdul Hakim Mahfudz (cicit Mbah Hasyyim Asy;ari) ini menyajikan informasi dari waktu ke waktu dan dari satu peristiwa ke peristiwa yang lain. Buku ini menggambarkan gagasan, pengalaman, dan ketokohan KH.M.Hasyim Asy’ari baik di kalangan Pesantren,NU, Muslimin Indonesia,maupun bangsa dan negara Indonesia.

“Narasi dibangun dengan menggunakan bahasa yang lugas, mudah dipahami, serta mampu membawa pembaca ke dalam situasi di masa KH.M.Hasyim Asy’ari,”ujar Dosen IAIN ini.

“Namun, isi buku ini sejatinya melampaui apa yang tertulis dalam judul, ketokohan KH. Hasyyim Asy’ari yang sejatinya mendunia, tidak hanya dibatasi bagi umat Islam Indonesia,”sambung Hj.Umma.

BACA JUGA : Muslimat NU Kudus Bakal Gelar Bedah Buku KH. Hasyim Asy’ari Pemersatu Umat Islam Indonesia

Ia menguraikan biografi singkat KH. M. Hasyim Asy’ari (14 Feb 1871 – 25 Juli 1947) lahir dari pasangan K.H. Asy’ari dengan Ny. Hj. Halimah, dilahirkan di Desa Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur. Pendiri NU tumbuh dan berkembang dalam lingkup keilmuan pesantren (Pondok Keras, Pesantren Siwalan, dan Bangkalan) dan halaqah-halaqah di Masjidil Haram (berangkat 1892 Bersama istri Nyai beliau nyai Nafisah).

“Bahkan, KH. M. Hasyim Asy’ari bersama 6 sahabat pernah berikrar di depan Multazam untuk memperjuangkan kemerdekaan Negara,”tutur Hj. Ummu.

Mbah KH.Hasyim Asy’ari, lanjutnya, membentuk pasukan Hizbullah (1944), Sabilillah (1945), maupun Mujahidin yang dilatih kemiliteran oleh tantara Jepang. Pasukan inilah yang kemudian digerakkan KH MHA melalui Resolusi Jihad.

“Setelah mengeluarkan fatwa jihad, maka pada tanggal 21-22 Okt 1945, para perwakilan NU dari Jawa dan Madura berkumpul di Kantor HBNO/PBNU Surabaya untuk membahas perjuangan dalam mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia,”imbuhnya.

Peserta bedah buku foto bersama nara sumber

Ditambahkan, KH.Hasyim Asy’ari mendirikan Jam’iyah NU 1926 dengan latar belakang factor internal adanya perpecahan umat Islam yang meruncing sejak tahun 1911 dan pasca SI menjadi Partai SI Partai Sarikat Islam (PSI) sebagai Islam modernis di Madiun dan meninggalkan Islam tradisionalis (aswaja) pada 1923.

“Faktor eksternalnya, runtuhnya kekhalifahan Utsmani pada 1924 dan pergolakan di Hijaz pasukan Ibnu Saud merebut kota Mekah dari Syarif Husein al-Ustmani pada 1925. 8 Januari 1926 tokoh-tokoh Mekah, Madinah mengangkat Abdul Azis Ibnu Saud sebagai raja Hijaz dan akan memberlakukan paham Wahabi sebagai satu-satunya paham bagi semua jamaah haji,’terang Hj. Ummu.

Rektor IAIN Kudus, Prof. Dr.H Abdurrahman Kasdi, Lc, M.SI mengatakan buku ini merupakan refleksi pemikiran dari KH. M. Hasyim Asy’ari sebagai Tokoh Pemersatu umat Islam Indonesia.

“Mbah Hasyim tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan dan menumbuhkan semangat nasionalisme serta memperteguh kecintaan kepada NKRI,”tandasnya.

Melihat kontribusi dan keteladanan KH. M. Hasyim Asy’ari yang sungguh luarbiasa, kedua pembicara ini menilai mampu menggugah kesadaran nalar sebagai generasi penerus bangsa,

“Terutama Ibu-ibu pejuang Muslimat NU untuk dapat memberikan kontribusi yang kuat dalam membangun masyarakat Islam, Indonesia juga dunia,”harap Hj.Umma Farida.. .

Kegitan bedah buku yang dibuka Rais PCNU Kudus KH. Ulil Albab Arwani ini diikuti 1.200 anggota Muslimat dan Kepala KB/TK/RA Muslimat se-Kudus. Mereka sangat antusias menyimak pemaparan nara sumber hingga selesai.

Acara juga dimeriahkan kegiatan cek kesehatan gratis dari RB Masyitoh dan bazar dari Koperasi An-Nisa PC Muslimat NU Kudus.(Nafis sholihah/adb)

Comments