JEPARA, Suaranahdliyin.com – Beberapa kali menjadi hakim dalam Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat Nasional yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) RI, tentu saja merasakan adanya perbedaan dalam penyelenggaraan yang dirasakan Muhammad Afifi MA.
‘’Saya menjadi hakim sejak penyelenggaraan MQK ke-4 di Lombok tahun 2011, lalu MQK ke-5 di Jambi pada 2014, dan MQK ke-6 di Balekambang Jepara tahun 2017. Ini event tiga tahunan,’’ terangnya.
Dari tiga kali menjadi hakim ini, Muhammad Afifi menilai, penyelenggaraan di Jambi yang persiapannya paling bagus. ‘’MQK di Jambu dulu, sangat bagus. Penyelenggaraannya nampak dipersiapkan betul,’’ ungkapnya.
Di Balekambang ini, ada sedikit hal yang perlu dievaluasi, sebagaimana di cabang di mana Saya jadi hakim. ‘’Pernah di tim kita, tim Information Technology (IT) malah tidak ada. Akhirnya kita sepakat dengan ofisial, lomba tetap jalan meski tanpa tim IT,’’ katanya.
Selain itu, untuk tempat lomba yang ada yang di dalam dan luar ruangan, dinilainya tidak menjadi persoalan. ‘’Namun untuk kondisi saat ini, melihat cuaca, sebenarnya harapan Saya sih di dalam ruangan. Kecuali pada cabang-cabang yang menyedot audience yang banyak, seperti debat,’’ katanya. (Tim Suaranahdliyin.com dari arena MQK)