Gus Yusuf Chudlori Prihatinkan Maraknya Pemberitaan Negatif Pondok Pesantren

0
26
Gus Yusuf dalam acara sosialisasi modul anti pencabulan di kalangan pondok pesantren di gedung NU Tahunan, kemarin

JEPARA,Suaranahdliyin.com – Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang, KH M Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) merasa prihatin adanya pemberitaan negatif seputar pondok pesantren. Ia mengharapkan semua pihak harus peduli terhadap masalah ni termasuk pemberitaan aksi pencabulan di pondok pesantren.

Gus Yusuf menyampaikan hal itu dalam acara sosialisasi Modul Anti-Pencabulan di Kalangan Pesantren di gedung NU Kecamatan Tahunan Jepara, Ahad, (30/11/2025). Kegiatan diikuti 750 peserta dari kalangan pengasuh pesantren, kiai, bu nyai, asatidz, asatidzah dan para santri Kabupaten Jepara

Gus Yusuf menceritakan, pada momentum halaqah di RRI Yogyakarta beberapa waktu lalu, sejumlah ulama dan pengasuh pesantren menyampaikan terjadinya penurunan jumlah santri yang mendaftar pada sejumlah pondok pesantren di Yogya. Bahkan, hal ini tidak hanya terjadi di Yogyakarta, tetapi di mayoritas pesantren besar di Indonesia.

Dituturkan, penurunan ini diketahui karena beberapa faktor, di antaranya adalah faktor ekonomi, faktor banyaknya pendidikan umum, beasiswa di sekolah formal, dan banyaknya berita negatif tentang pesantren.

“Tidak kita pungkiri karena banyaknya berita negatif pesantren, seperti kasus pencabulan oleh kiai, kekerasan, bullying, sampai pada pencabulan antar santri baik lawan jenis maupun sejenis. Ini jelas pengaruh,” katanya.

Di zaman keterbukaan seperti saat ini, Gus Yusuf mengibaratkan pesantren sebagai akuarium yang bisa terlihat dengan jelas isinya. Sehingga pesantren harus bertransformasi menjadi lebih baik.

”Masalah kecil jangan dibiarkan dengan menganggap itu persoalan oknum. Yang kecil justru bisa besar dan kalau dibiarkan, kasus akan terjadi di mana-mana,” jelasnya.

Untuk mencegah dan menangani kasus ini, pihaknya berupaya untuk merespon cepat dengan membuat Modul Anti Pencabulan di Pesantren. Modul ini merupakan hasil diskusi para tokoh agama pada Agustus 2025 lalu.

”Modul ini dirancang sebagai panduan mengenali, mencegah dan menangani kasus kekerasan seksual di pesantren,” ungkap Gus Yusuf.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum bidang organisasi dan kaderisasi, DPP Perempuan Bangsa, Dr Hj Hindun Anisah, MA menegaskan pesantren harus menjadi ruang aman dan bebas dari kekerasan seksual.

”Ini adalah wujud tanggung jawab moral dan spiritual kita untuk menjaga kehormatan santri dan menjaga pesantren,” kata Bunda Hindun.

Menurut pengasuh Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari, Bangsri Jepara, modul anti pencabulan di pesantren hadir sebagai alat edukasi dan pencegahan demi melindungi kehormatan serta keselamatan santri dan institusi pesantren.

”Modul ini akan terus kita sebarkan ke seluruh pesantren,” tegasnya Bunda Hindun yang juga Sekretaris Rabithah Ma’ahid Islamiyyah PBNU ini.(rls/adb)

Comments