
TEMANGGUNG, Suaranahdliyin.com – Menjadi pemimpin di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), harus mau berbagi tugas dan kwajiban dengan pengurus lain. Jangan sampai seorang Ketua atau Rais Syuriah NU menggunakan manajemen bakul (penjual) mie ayam; semua ditangani sendiri, mulai dari membuat, mengantar dan menyimpan surat.
Dengan kata lain, manajemen organisasi harus jalan. Mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kontrol dan evaluasi harus berjalan sebagai bentuk pengelolaan jam’iyyah yang profesional.
Ketua Tanfidziyah PCNU Temanggung KH. Muhammad Furqon Masyhuri (Gus Furqon), mengutarakan hal itu dalam sambutannya pada pembukaan Konferensi MWC NU Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung di Pondok Pesantren (Ponpes) Ar Riyadh, Ahad (21/3/2021).
Dia menegaskan, bahwa calon Ketua NU harus memperhatikan nilai-nilai Mabadi Khoira Ummah. Mulai dari as-shidqu (benar/ tidak berdusta), al-wafa bil ‘ahd (menepati janji) dan ketiga at-ta’awun (tolong-menolong). “Pemimpin harus bisa berbuat adil, istikamah dan mengembangkan sikap toleransi,” pesannya.
Dia juga berharap, agar semua komponen dalam kepengurusan, mampu mengembangkan NU dengan mengedepankan kepentingan organisasi. “Organisasi NU yang besar ini, harus dibangkitkan dari semua lini, mulai gerakannya, pemikirannya, sampai persoalan ekonomi,” ujarnya. (ibda/ ros, adb, rid)