
KUDUS,Suaranahdliyin.com – Pada era digital belakangan ini, para guru sudah saatnya menggunakan kelas online (E-Learning). Dimana, E-Learning merupakan suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan tehnologi informasi dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Demikian kesimpulan yang mengemuka pada acara Workshop Pengelolaan Perpustakaan dan Pembelajaran, di MINU Al-Huda1-2 desa Padurenan Gebog Kudus Selasa (6/11/2018). Kegiatan dalam rangka penutupan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa IAIN Kudus ini menghadirkan nara sumber Slamet Siswanto, M.Kom (TIPD IAIN Kudus) dan Abdul Rochim SH (kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kudus).
Dalam paparan makalahnya, Slamet Siswanto menjelaskan pentingnya proses pembelajaran dengan konsep E-Learning. Diterangkan, konsep pendidikan E-Learning memiliki fungsi sebagai suplemen (tambahan), komplemen (pelengkap) dan Subtitusi (pengganti).
“E-Learning berfungsi sebagai suplemen, tenaga didik (guru) bebas memilih materi dan tidak adanya keharusan mengakses bahan pembelajaran melalui internet,”terangnya.
Sebagai fungsi pelengkap, jelas Siswanto, siswa tidak terpatok dengan materi yang monoton (itu-itu saja). “Pemahaman siswa-siswi terhadap materi ajar juga menjadi lebih dibandingkan sebelumnya,”ujarnya.

Ia menambahkan konsep pendidikan seperti ini bisa berfungsi sebagai pengganti apabila menggunakan model-model kegiatan pembelajaran.Diterangkan, ada beberapa jenis kegiatan model pembelajaran diantaranya sepenuh tatap muka dan sebagian tatap muka.
“Kemudian, ada lagi yang sebagian melalui internet, sepenuhnya melalui intenrnet.”imbuhnya.
Siswanto menerangkan pembelajaran dengan E-Learning kelebihannya murah, hemat, tingkat pemahaman lebih baik, wawasan tidak terbatas dan mandiri. Namun kekurangannya adalah wawasan yang seharusnya tidak dilihat, kesosialan anak didik terganggu, interaksi dengan guru berkurang.
“Begitu pula kurangnya akses internet, infra struktur yang tidak memadai dan kebiasaan lama susah diubah, contoh membaca buku,”ujarnya.
Diakhir acara ia mengatakan para guru di indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan E-learning ini. Hal ini dikarenakan masih menggunakan model pembelajaran sebagian tatap muka dan sebagian melalui internet.
“Banyak sekolah yang belum mempunyai akses ke internet akibat keterbatasan komputer, jaringan dan kecerdasan pengajarnya. Termasuk masih adanya guru PNS yang belum trampil bahkan sama sekali tidak bisa mengoperasikan komputer sama sekali,”urai Selamet.

Pembicara lainnya Abdur Rochim lebih banyak memberikan bimbingan tehnis pengelolaan pespustakaan sekolah. Ia juga mengenalkan program SliMS (Senayan Library Management System) yang merupakan open Source Software (OSS) berbasis web untuk memenuhi kebutuhan skala besar.
“SLiMS dapat digunakan oleh perpustakaan yang memiliki koleksi, anggota dan staf banyak di lingkungan jaringan, baik itu jaringan lokal (intranet) maupun internet,”terangnya.
Workshop yang berlangsung setengah hari ini, diikuti puluhan guru MINU Al-Huda 1 & 2 serta perwakilan guru MI se-Kecamatan Gebog Kudus.(adb/ros)