Tradisi Jawa Terkandung Makna Filosofi Islam

0
1719
Rais Syuriyah MWCNU Warungasem Batang KH.Abdul Ghofar

BATANG, Suaranahdliyin.com – Rois Syuriah Majlis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) kecamatan Warungasem kabupaten Batang, KH Abdul Ghofar mengatakan bahwa pulau Jawa adalah salah satu pulau besar di Nusantara, begitu banyak adat, bahasa dan budaya yang ada di pulau ini.

“Semenjak Islam memasuki Jawa, banyak sekali tradisi Jawa yang dikombinasikan dengan nuansa Islami. Seperti syiir Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga yang mengandung pesan Islami,”ujarnya saat menerima anggota Ikatan Pelajar Nahdaltul Ulama (IPNU) desa Sidorejo yang sowan di kediamannya, Ahad ( 19/4/2020) kemarin.

Menurutnya, semakin berkembangnya teknologi pada saat ini, justru melahirkan Orang Jawa tapi bukan kejawen, Ngakunya orang Jawa, tapi tidak bisa berbahasa Jawa.

“Lebih parahnya lagi yang semestinya bisa berbahasa Jawa tapi dibuat seperti tidak bisa berbahasa Jawa”, tegas KH. Abdul Ghofar.

Pada zaman sekarang, tutur kiai Abdul Ghofar, sudah banyak yang meninggalkan tradisi jawa termasuk permainan (dolanan) anak-anak. Padahal, permainan tradisional zaman dulu memilki makna filosofi Islam.

“Dulu anak-anak Jawa sering bermain “SEN”  yang saat ini dikenal dengan sebutan “gerobak sodor” ada juga permainan “rok umpet” yang memiliki filosofi Islami,” jelasnya.

Lebih jauh, ia menjelaskan permainan tersebut mengandung makna jika kita sebagai umat Islam berpegang teguh kepada ajaran agama, maka tidak akan diganggu oleh setan yang pada permainan ini diibaratkan seperti orang yang kalah dan harus di jaga.

Selain permainan, ada juga dalam tradisi adat Jawa yang disebut dengan ngunggahke molo. Tradisi ini sering dilakukan orang Jawa ketika sedang membangun rumah sebagai panjatan doa agar rumah yang sedang dalam pembangunan menjadi rumah yang adem ayem.

“Tradisi ini juga sebagai tafaulan doa dengan tujuan tertentu yang tentunya untuk kebaikan para penghuni rumah tersebut”, jelasnya.

Kiai Abdul Ghofar menerangkan tentang pakaian adat Jawa juga memiliki makna filosofi Islam, seperti Klambi Lurik, baju yang sering dipakai orang Jawa dengan motif garis horizontal. Motif tersebut memiliki maksud agar menjadi orang yang lurus menuju Sang Khaliq, lillahi taala.

“Sehingga dapat dikatakan bahwa Adat Kejaawen tidak ada yang menyimpang dari Ajaran Agama Islam, justru adat Jawa berkesinambungan dengan ajaran agama Islam,” tambahnya.

Akan tetapi, katanya, ada beberapa pihak yang tidak percaya akan tradisi tradisi jawa, Tradisi yang mengandung bebearpa doa di dalamnya, lalu apa salahnya kita sebagai umat Islam berdoa kepada Yang Maha Agung dengan cara kebudayan kita sebagai orang jawa.(Intan khumaira/adb)

Comments