JEPARA, Suaranahdliyin.com – Setiap tanggal 8 syawal, masyarakat Kabupaten Jepara setiap tahunnya melangsungkan tradisi lomban atau larungan kepala kerbau. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun hingga dinobatkan menjadi warisan budaya tak benda.
Pesta Lomban di Jepara digelar dengan serangkaian acara sehari sebelumnya. Puncaknya, Sabtu (29/4) pagi mulai pukul 07.00 dilangsungkan prosesi melarung kepala kerbau ke tengah-tengah laut Jepara.
Tahun ini, pesta lomban Jepara tampak lebih meriah dibanding tahun sebelumnya ketika masih pandemi. Dari pantauan Suaranahdliyin.com, ratusan warga Jepara sudah memadati di area Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujungbatu Jepara yang menjadi titik awal pemberangkatan kirab.
Usai dikirab, kepala kerbau yang diletakkan di sebuah miniatur kapal sebagai simbol sedekah kepada laut. Tak berselang lama, beberapa nelayan terlihat langsung menyerbu sesaji tersebut sebagai bentuk ngalap berkah.
Bagi masyarakat Jepara, tradisi lomban menjadi wujud rasa syukur masyarakat selama satu tahun. Sebagai wilayah pesisir, sebagian besar masyarakat Jepara bekerja sebagai nelayan yang kesehariannya melaut. Tradisi ini juga menjadi simbol perayaan kupatan setiap tanggal 8 syawal.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten Jepara, Zamroni Lestiaza mengatakan tradisi lomban tahun ini lebih meriah sebab kirab kepala kerbau dikawal oleh sekitar 200 kapal ke tengah laut.
“Ini merupakan wujud rasa syukur dan ngalap berkah masyarakat jepara, masyarakat nelayan setelah setahun bekerja, harapannya rezeki satu tahun ke depan lebih baik lagi,” kata Zamroni kepada awak media, Sabtu (29/4).
Menjadi warisan budaya tak benda, pihaknya berharap tradisi lomban ini akan terus dilestarikan dan dijalankan sebagai bentuk nguri-nguri budaya di Jepara.
“Pesta Lomban ini juga disambung dengan pesta kupat lepet, dengan bareng seniman di Jepara supaya kegiatan tahun ini lebih meriah,” ujarnya. (sim/ adb, rid)