Ngaji Ramadan
Perlu, Mematerikan Nikmat Pemberian Allah 

0
754
Kiai Naf’an ceramah dalam Darusan Umum YM3SK

KUDUS, Suaranahdliyin.com – Umat islam menyadari segala nikmat yang diterimanya merupakan pemberian dari Allah swt. Menyadari nikmat sebagai karunia Allah dalam bentuk materi juga perlu.

Nikmat yang diberikan kepada manusia dapat diibaratkan sebagai bentuk materi. Salah satu contohnya adalah perbuatan dan amal baik yang tampak.

“Nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita semua diibaratkan materi. Ini adalah pemikiran dari salah satu ulamaz Abdu al Hadad,”terang pengaruh Pondok Pesantren Al-Maimuniyyah Kajeksan Kudus Kiai Naf’an dalam ceramah pengajian Darusan Umum yang diselenggarakan oleh Yayasan Masjid, Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) pada Senin malam (27/03/2023).

Darusan umum ini bertempat di gedung yang biasanya menjadi tempat parkir di belakang kompleks makam. Dan berlangsung selama bulan Ramadan usai salat tarawih.

Dalam kesempatan itu, Kiai Naf’an juga menerangkan tentang amalan-amalan yang dianjurkan selama bulan Ramadan. Di antaranya adalah dengan memperbanyak membaca dan mendengarkan Al Qur’an.

“Mayoritas ulama sepakat bahwa paling utama di bulan ramadhan itu maos, deres lan ngakehake ngrungokno (membaca, ngaji dan banyak mendengar, red) Al-Qur’an,” terangnya.

Bisa mendengarkan bacaan Al-Qur’an, kata Kiai Naf’an juga merupakan bagian dari nikmat yang diberikan Allah. Nikmat yang berbentuk ibadah.

“Nikmat itu diibaratkan materi. Saumpama nikmat tadarus, membaca, dan mendengar Al-Qur’an itu ditukar harta benda apakah mau,” tawar Kiai Naf’an dalam bahasa Jawa halusnya.

Oleh karena itu, dia menuturkan kepada para jamaah yang hadir untuk senantiasa husnudzon dan berpikir positif kepada Allah swt.

Kiai Naf’an pun mencontohkan, sedikit amal baik yang disadari datang dari nikmat Allah itu lebih baik daripada banyak beramal namun waspada dengan kecerobohan pada amalan-amalannya.

“Seperti kita bisa hadir di majlis ngaji itu karena Allah atau tujuan lain, seperti sum’ah (membanggakan diri) wtau tidak. Sebab, kecerobohan yang ada dalam diri kita itu yang bisa merusak amal kita,” urai Kiai Naf’an.

“Dengan menyadari datangnya nikmat itu pemberian dari Allah, kita bisa mendapatkan ridho dari Allah, jadi di dalam hati selalu berpikir positif dan husnudzon kepada Allah,” tambahnya.(sim/adb) 

Comments