Oleh: H. Hisyam Zamroni
Di alinea akhir pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait visi misinya ke depan sungguh menarik utk kita renungkan:
“Ini bukanlah tentang aku atau kamu. Juga bukan kami atau mereka. Bukan soal Barat atau Timur. Juga bukan Selatan atau Utara. Sekarang bukan saatnya memikirkan itu semua. Tapi ini saatnya memikirkan tentang bangsa kita bersama. Jangan pernah ragu untuk maju, karena kita mampu jika kita bersatu.”
Kalimat terakhir ini mengingatkan saya dulu saat belajar tentang “Postcolonial”. Saya pun mencoba mencari buku “Orientalisme” karya Edward Said di rak bukuku.
Edward Said, menjelaskan, bahwa dunia ini direpresentasikan secara polaris, sehingga menciptakan kategori “the others” atawa mereka yang lain yang berbeda, dan karenanya juga menciptakan perbedaan antara aku dan kamu, mereka dan kita.
Selanjutnya Edward Said juga menulis apik dalam thesisnya yang mencengangkan, bahwa “Timur” telah menjadi “subyek yang pasif” bagi modernitas “Barat”. Melalui analisis Foucouldian tentang relasi Kekuasaan, ia mencoba memetakan bagaimana “Timur” telah menjadi “subyek yang pasif” bagi proyek imperialisme Barat, di mana kehendak untuk menguasai (mendominasi) dijalankan secara manipulatif, bahkan seringkali melalui proses inkorporasi secara laten yang dimiliki oleh kelompok sub-ordinan atawa “Timur”.
Dari analisis di atas, kita seharusnya paham, bahwa “penjajahan Barat” itu selamanya akan ada -baik di bidang agama, ekonomi, budaya dll- dan kita harus pahami. Terlebih upaya Barat “menjajah Timur” melalui “modul keagamaan” seperti munculnya aliran-aliran keagamaan transnasional, yang kini lagi ngetrend di hampir seluruh belahan negara “Timur”, termasuk Indonesia.
Sedang alinea terakhir dari pidato Presiden Jokowi dalam visi misi ke depan, mengingatkan kita dengan menggunakan pendekatan “postcolonial”, di mana bangsa Indonesia harus lepas dan bangkit dari hegomoni manapun, dengan menghilangkan ego-sektarian yang menumbuhkan nasionalisme baru .
Akhirnya, dari pidato Presiden Jokowi yang coba Saya analisa melalui tulisan Edward Said, telah membuka cakrawala tentang “bagaimana kita mampu mengategorisasikan dunia melalui pengalaman kita melihat dunia”; kecuali kita membodohkan diri dan tetap senang dibodoh bodohkan. Salam. (*)
H. Hisyam Zamroni,
Penulis adalah wakil ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jepara