BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muhammad Aunullah A’la Habib (Gus Aun) mengatakan, interaksi ekonomi dan pekembangan teknologi telah menjadikan batas fisik, geografis, dan politik antar-bangsa semakin tidak relevan dalam dinamika sosial.
“Peristiwa yang terjadi di suatu negara maupun daerah atau di manapun akan berpotensi dengan cepat memicu rangkaian konsekuensi-konsekuensi global,” kata Gus Aun dalam Konferensi Cabang (Konfercab) XXII NU Boyolali, Sabtu (9/3/2024) lalu.
Disampaikan Gus Aun, saat ini dunia merupakan satu kampung besar yang melebur menjadi peradaban tunggal. Tidak ada satu pun wilayah yang dapat diisolasi, karena di suatu negara misalnya, jika terjadi kekerasan atas nama agama maka dengan bantuan teknologi informasi yang berkembang pesat mungkin saja akan memicu pembalasan dengan waktu yang cepat, sehingga ini membahayakan bagi peradaban besar kita.
“Maka jika NU tidak mengambil peran secara global, tentu ini bertentangan dengan apa yang menjadi misi ulama sebelumnya yang diwarisi NU yaitu misi kenabian,” ujarnya.
Kompleksnya persoalan yang ada saat ini menurut Gus Aun, menjadikan kita harus berpikir realistis. Sehingga amanat yang sangat besar ini tidak bisa kita lakukan dengan baik tanpa adanya kerja sama yang baik.
“Saat ini untuk muhafadhah (menjaga, melestarikan) saja sulitnya luar biasa dan butuh kerja sama yang sangat baik, apalagi untuk akhdhunya, berinovasi – improvisasi ini tidak bisa dilakukan tanpa kerja sama yang baik,” lanjutnya menambahkan.
Karenanya, ungkap Gus Aun, koherensi atau satu padu ini tidak bisa ditawar, mulai dari ranting NU sampai PBNU. Karena kita mengemban amanat yang luar biasa dan menjumpai dunia yang sudah banyak berubah dari dunia masa lalu.
Misalnya, papar Gus Aun, berdasar data yang ada di PBNU, 52 persen dari warga Indonesia yang sekitar 370 juta adalah kaum milenial dan generasi Z, yakni orang yang berusia di bawah 40 tahun.
“Memang, (berdasar) survei Litbang Kompas, orang yang mengaku NU saat ini jumlahnya 56,9 persen. Tapi 52 persen dari 370 juta adalah kaum milenial dan generasi Z,” jelas pengasuh Pesantren Al Huda Doglo Boyolali itu.
Gus Aun menyampaikan, dalam survei Lakspesdam PBNU yang saat itu dipimpin KH Ihsanuddin Ali, sebanyak 40 persen dari 52 persen kaum milenial dan generasi Z, itu mengaku tidak terafiliasi ormas NU. Kesimpulannya, rata rata warga NU umurnya 40 ke atas.
“Ini bahaya sekali kalau kita tidak memiliki ahdhu, tidak mampu berinovasi. Tentu saat ini yang dibutuhkan tidak hanya kader ulama tapi semua kader, semua ahli diajak berjalan bersama,” paparnya. (Siswanto ar/ ros, rid, adb)