
Oleh Dr. H. Kisbiyanto, M.Pd
Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus di Jawa Tengah Sabtu sore 9 Syawal 1439 H / 23 Juni 2018 M dikejutkan dengan berkumpulnya ratusan orang berseragam hijau GP Ansor dan baju doreng Banser, organisasi pemuda Nahdlatul Ulama. Tepat di Halaman Masjid al- Aqsha Menara Kudus mereka menggelar pernyataan sikap dan mengecam oknum-oknum aktivis muslim yang dianggap melecehkan sejumlah ulama, utamanya KH. Yahya C Staquf yang dianggap mengkhianati perjuangan rakyat Palestina karena mendatangi kegiatan seminar dan dialog di Israel beberapa waktu lalu.
Berita viral pengecaman terhadap KH. Yahya C Staquf memang bergulir kencang dari berbagai pihak yang selama ini pro-Palestina. Namun, di sisi lain, KH. Yahya C Staquf ketika masih di Israel juga telah menyatakan bahwa dirinya mendatangi undangan Israel untuk perjuangan rakyat Palestina.
Pernyataan sikap Ansor dan Banser Kudus diawali dengan shalat Ashar, ziarah ke makam Sunan Kudus dan dilanjutkan pembacaan pernyataan sikap di bawah Menara Kudus di komplek halaman Masjid al-Aqsha. Dari sisi edukasi masyarakat, pemuda Ansor dan Banser seperti ingin mengajak publik untuk berdamai tentang masalah Palestina, sebagaimana damainya Syeh Jakfar Shodiq – Sunan Kudus yang mendirikan kota Kudus dengan mendirikan Masjid al-Aqsha sama persis dengan nama masjid di Palestina dan nama kotanya adalah Kudus yg juga sama persis dengan Al-Quds di Palestina. Masjid Al-Aqsha di Kudus menjadi simbol dakwah Islam yang damai penuh toleransi. Selanjutnya mereka bergerak berziarah juga ke Makam Sunan Muria, sekitar 20 km dari Makam Sunan Kudus dengan arakan sepeda motor dan jalan kaki naik ke Gunung Muria, kemudian bermunajat berdoa hingga malam.
Dalam pernyataan mereka, benar-benar mengecam pernyataan oknum-oknum kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang belakangan ini mempersoalkan kunjungan KH. Yahya C Staquf ke Israel. Semakin menarik karena mereka tertuju pada kader-kader PKS, mungkin Tifatul Sembiring dan lainnya yang keras mengecam KH. Yahya C Staquf. Aktivis PKS menjadi semacam tertuduh dalam pernyataan mereka.
Kader-kader PKS selama ini memang konservatif dalam merespon isu-isu gerakan keislaman di Indonesia, apalagi terkait dengan Palestina. Kata PKS menjadi sensitif disebut-sebut dalam keramaian pernyataan sikap itu. Tentu saja ini bukan tanpa sebab, karena memang kader-kader PKS sering berseberangan secara pemikiran maupun sikap keislaman dengan umumnya kaum nahdliyin.
Ansor dan Banser juga menuntut pihak yang dianggap melecehkan KH. Yahya C Staquf untuk meminta maaf secara langsung dan terbuka, dan menghimbau agar tragedi penghinaan kepada kiai dan ulama disudahi saja. Menariknya, mereka juga menyebut nama ulama lain seperti KH. Said Aqil Siroj dan sejumlah nama kiai nahdliyin agar hal ini menjadi akhir dari penghinaan ulama.
Kata-kata yang patut dicermati adalah : menghina, melecehkan, memfitnah, dan tidak beradab kepada ulama. Para pemuda NU itu begitu sigap dan bersemangat dalam membela ulama mereka, supaya tidak difitnah sebagai antek Yahudi dan mengkhianati perjuangan muslim Palestina. Saya berpendapat bahwa pernyataan itu sebagai respon dari pernyataan keras pihak yang dipersoalkan oleh oknum kader PKS. Supaya tidak ada fitnah dan tuduhan yang sesat dan menyesatkan, Ansor – Banser layak mendapat respon balik dari pihak yang mereka sebut sebagai oknum kader PKS itu.
Oknum kader PKS juga selayaknya merespon tuntutan mereka dengan meminta maaf secara langsung dan terbuka atau menjawab secara ksatria dengan konten yang berbeda pula. Dalam konteks dakwah Islamiyah, saya kira semua pihak harus saling lurus karena jika ada fitnah, maka itu bukan jalan yang terhormat untuk membela Palestina. Wallahu a’lam.
DR.H. Kisbiyanto, M.Pd – Dosen Pasca Sarjana IAIN Kudus.