BANDA ACEH, Suaranahdliyin.com – Selama Ramadan, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok melakukan Roadshow ke sejumlah daerah di Indonesia. Pada Selasa (19/3/3024), kegiatan Roadshow dikemas Seminar dan Bedah Buku “Santri Indonesia di Tiongkok” berlangsung di UIN UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Selain seminar, juga dilakukan penandatanganan kerjasama antara PCINU Tiongkok dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh.
Dekan FDK, Prof Dr Kusmawati Hatta dalam sambutannya menyatakan bahwa belajar di Tiongkok merupakan hal yang istimewa. PCINU diharapkan dapat menjadi pintu terbuka bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa FDK UIN Ar-Raniry, untuk belajar di Tiongkok.dan mendapatkan pengalaman berharga di sana.
“Hal ini diharapkan dapat melahirkan banyak program-program kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa Indonesia, khususnya mahasiswa FDK UIN Ar-Raniry.”ujarnya.
PCINU Tiongkok, yang diwakili oleh M. Hasim Habibil, menyampaikan bahwa program road show bertajuk Nihao Ramadan telah berlangsung selama empat tahun sejak tahun 2000. Tahun ini berupaya dilakukan full secara luring diadakan di beberapa titik di Indonesia, dan Aceh menjadi titik kedua setelah Jawa Tengah.
“Dari yang awalnya hanya via zoom karena kondisi pandemi.alhamdulilllah tahun ini kita bisa mengadakan Nihao Ramadan di beberapa titik di indonesia secara langsung. Ini adalah Titik ke dua, sebelumnya berada di jawa tengah,“ungkap Hasim.
“Tujuannya adalah untuk menyambung silaturahim. Tujuan kedua dari program ini adalah sebagai tanggung jawab kami, bahwa kami studi, belajar, S1, S2 S3 di Tiongkok itu oleh-olehnya gak kami simpan sendiri. Kami tulis dan ceritakan Sebagian kecil melalui buku ini. Sejauh ini kami sudah menerbitkan 1500 buku,”jelasnya.
Pada awal 2023, buku ini diterbitkan ulang dengan beberapa update terbaru dalam edisi kedua yang bekerjasama dengan penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Ada total 27 penulis dalam buku ini.
Pembedah buku, salah satu dosen program Studi (Prodi), Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Dr Fahri mengungkapkan kekagumannya terhadap buku tersebut. Menurutnya, selama ini santri sering distereotipkan sebagai orang yang tidak modern, kuno, kampungan, dan tidak mengerti apa-apa. Namun, buku ini menunjukkan bahwa santri telah memiliki posisi yang luar biasa.
“Saya kagum sama buku ini. Sebab selama ini santri dipojokkan, distereotipkan, tidak modern, kuno, kampungan, tidak mengerti apa-apa, dan kolot. Tapi di buku ini santri sudah luar biasa posisinya,” tuturnya.
Fahri juga mengomentari isi buku tersebut. Ia tertarik dengan topik toleransi di Tiongkok. Menurutnya, Tiongkok memiliki 58 suku dan konstitusi negara tersebut menganut politik persamaan bangsa atau etnis. Hal ini berarti tidak ada diskriminasi antara suku besar dan kecil. Fahri juga membahas peraturan di Tiongkok yang membatasi satu keluarga hanya boleh memiliki satu anak. Akan tetapi aturan ini tidak berlaku bagi suku minoritas seperti suku Hui Muslim, Uighur dan lainnya.
Seminar yang dihadiri 200 peserta lebih ini memantik antusiasme tinggi. Intan mahasiswa FDK UIN Ar Raniry mengaku mendapat cukup banyak pencerahan terkait kehidupan muslim di negeri komunis Tiongkok yang sangat menarik dari pembicara. Berbeda dengan apa yang banyak ia baca di media-media barat terkait persepsi negative terhadap Tiongkok dan muslim selama ini.
Hadir secara daring atase pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing Yudil Chatim, Atase Pendidikan KBRI Beijing. Turut pula pengurus PCINU Tiongkok lainnya hadir secara luringn. (rls/adb)