Oleh: Rosidi
Wigati: Lintang Manik Woro. Sebuah novel keren karya penulis berbakat kelahiran Jember, Jawa Timur: Khilma Anis.
Saya pertama kali melihat buku tersebut di kediaman Bung Vicky Ubaidillah, kawan karib Saya alumnus Madrasah Qudsiyyah, sewaktu bertandang ke kediamannya, beberapa waktu lalu.
Namun waktu itu, Saya hanya sebatas mengamati sekilas saja buku itu. Selajutnya, klangenan, jagongan dengan Bung Kiki -sapaan akrab Vicky Ubaidillah- karena cukup lama tak bersua dengan sosok mantan aktivis mahasiswa di Jogja itu.
Hingga jagongan dengan Bung Kiki selesai, Saya tidak banyak bertanya perihal novel “Wigati” karya dari istri Chazal Mazda Choirozyad tersebut.
Sampai suatu hari, pada 5 September lalu, ada sebuah pesan singkat masuk di WhatsApp (WA), yang menanyakan perihal novel tersebut. “Wis tau maca iki, Mas? Mantune Kiai Langgardalem yang nulis. Bu Nyai asli Jember, alumni Tambak Beras”.
Demikian pesan singkat dari Noor Athiyah, istri dari senior Saya di Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS), KH. Ulinnuha. Noor Athiyah, cucu KH. Bisri Syansuri itu mengirimkan pesan singkat melalui WA berikut gambar kover novel ” Wigati”.
Penasaran pun muncul, lantaran menerima pesan singkat itu. Di kesempatan berikutnya, sewaktu bertemu dengan Kiai Chirzil Ala (Gus Injunk), putra KH. Choirozyad (yang dimaksud dengan Kiai Langgardalem dalam WA itu), Saya pun bertanya, apakah dia memiliki novel “Wigati”.
Alhamdulillah, Gus Injunk yang merupakan kakak ipar penulis “Wigati” itu punya punya buku itu, yang merupakan hadiah dari adik iparnya. Atas kebaikan hati Gus Injunk itu, Saya berkesempatan ‘’menyantap’’ novel itu di sela-sela aktivitas keseharian.
Mantap. Batin Saya, saat baru membaca dua bab dari novel itu. Wigati adalah novel karya santriyah (santri putri) yang sungguh luar biasa, karena mampu meramu keseharian kehidupan pesantren, soal perkerisan dan juga dunia batin perempuan.
Saya melihat, penulis ini sebagai pribadi yang sangat cerdas, karena bahkan dia mampu mengulas soal keris yang demikian rumit untuk dipahami oleh kalangan awam dengan bahasa yang enak dan mudah dipahami.
Belum lagi, soal keseharian pesantren yang digambarkannya dengan baik, sehingga pembaca bisa menerawang dan membayangkan soal kehidupan sehari-hari santri di pesantren.
Hal lain, yaitu soal pemilihan diksi yang sangat baik pula dala proses penulisan buku itu. bagi Saya, ada dua kesulitan atau kerja berat menurut dalam penulisan novel ini, yakni pemilihan diksi dan proses kontemplasi yang tentunya melalui proses panjang, dengan membaca literatur maupun berdiskusi dengan para pakar.
Saya tidak hendak menggiring publik agar mau membaca novel Wigati ini. Namun hanya satu hal yang ingin Saya katakan, bahwa novel “Wigati: Lintang Manik Woro” ini keren sekali. Banyak hal (wawasan) yang bisa kita dapat dengan membaca buku ini. Gak percaya? Baca dan buktikan sendiri!!!
Rosidi,
Penulis adalah staf pengajar di MA. NU. Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus dan penggiat literasi di Kabupaten Kudus.